Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 06 Desember 2009

JIN DAN MALAIKAT SEBAGAI SUBJEK PSEUDO SAINS
DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI EPISTEMOLOGI
DAN AKSIOLOGI

Harsoyo Purnono


PENDAHULUAN

Jin secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi tersembunyi atau tidak terlihat. Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api.
Sementara kata malaikat merupakan bentuk jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi, malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya (nur). Oleh karena kedua makhluk tersebut tidak terlihat maka jin dan malaikat termasuk makhluk-makhluk gaib, yang keduanya termasuk subjek-subjek pseudo ilmiah (pseudo sains).
Keberadaan kedua makhluk tersebut telah dikaji secara ilmiah (pseudo ilmiah / pseudo sains) antara lain oleh Chris Line (1989) dengan tulisannya yang berjudul The Jinn from a Scientific (?) Viewpoint, yang dimuat dalam Flying Sau-cer Review Vol 34 No. 4 Desember 1989.
Ikhtisar kajian Line (1989) tersebut akan penulis telaah dari aspek filsafat (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) secara Islami (pseudo sains Islam?) de-ngan berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadits).
Namun, ini bukan berarti ingin mencocokkan atau merekayasa mencari ayat-ayat mana yang sesuai dengan fakta ilmiah. Al-Qur’an bukan ensiklopedia, bukan buku teks, dan bukan serangkaian hipotesis yang harus diuji kebemarannya, melainkan pedoman atau petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Dogmatik memang tidak dapat dicampur adukkan dengan saintifik; sebab sains tidak abadi, dapat berubah. Sehingga ketika terjadi ketidakcocokan antara sains dan agama, kita masih dapat mengikuti sains sambil tetap berpegang teguh pada agama.


JIN DAN MALAIKAT SEBAGAI SUBJEK PSEUDO SAINS

Berikut adalah ikhtisar artikel Line (1989) yang berjudul The Jinn from a Scien-tific (?) Viewpoint.
Jin adalah makhluk yang tinggal di tingkat paralel yg sama dgn manusia, namun karena mereka berada di tingkat getar yang berbeda, maka mereka tidak terlihat atau terdeteksi oleh manusia. Meskipun tidak terlihat, maka ketika terjadi peristiwa UFO dan peristiwa psikis, sering terjadi perubahan energi yang dapat kita ukur dan energi tersebut adalah spektrum elektro-magnetik.
Jin dideskripsikan sebagai "tubuh dari nyala api utama", atau "nyala api yang tak berasap" atau “api tak berasap”, yang kemudian disebut infra merah (spectrum elektro-magnetik) Sementara malaikat dideskripsikan sebagai tubuh dari cahaya (nur), yang kemudian dinyatakan sebagai energi tak terlihat yaitu spektrum ultraviolet.
UFO mulai muncul dalam jumlah besar sekitar tahun 1947, ketika manusia mulai menggunakan radar. Atau dengan kata lain UFO mulai muncul sejak manusia mulai mengisi bumi dengan radiasi gelombang mikro. Jika tubuh jin berasal dari infra merah, maka dapat dipastikan mereka akan terganggu. Sebab radiasi gelom-bang mikro (microwave) terletak tepat di bawah infra merah, di atas gelombang radio.
Jin muncul karena salah satu dari tiga faktor: (i) mereka dapat mengontrol hal-hal yang dianggap sebagai kenyataan sehari-hari; (ii) mereka dapat mengontrol terhadap aspek tertentu dari jiwa manusia, dan dapat membuat pengalaman yang subyektif; (iii) mereka dapat membuat ilusi.
Penyebab tingkah laku cerdas jin, karena mereka memiliki minimal dua level fung si, yaitu (i) tubuh dari energi elektro-magnetik; dan (ii) jiwa yang halus dari bebe-rapa energi, yang disebut "etheric" atau “langit” , atau mungkin dengan “bintang", (dalam Western Occult Tradition).
Beberapa contoh di bidabg penelitian psikikal
Dalam tipikal khas pengalaman hantu, perubahan suhu sering terasa, sekitar atau sebelum, penampilan sesuatu yang berbau hantu. Panas (suhu) berhubungan lang-sung dengan jumlah infra-merah.
Matthew Manning ahli psikis Inggris, menjelaskan dalam bukunya "The Link", ke tika ia sedang tidur di asrama sekolah, kegiatan "poltergeist / arwah yang ramai" akan terjadi. Kemudian pada satu kesempatan lingkaran merah besar muncul di dinding, dan menjadi sangat panas. Ini ternyata adalah salah satu cara untuk menarik perhatian, yang digunakan oleh arwah seorang gadis yang telah me-ninggal lima puluh tahun sebelumnya, dalam keadaan tragis. Kesimpulan yang jelas adalah bahwa lingkaran merah yang menjadi panas adalah konsentrasi infra-merah.


ONTOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Menurut Line (1989) tubuh jin tersusun dari spektrum elektro-magnetik infra-merah, sedangkan tubuh malaikat tersusun dari spektrum elektro-magnetik ultra violet. Kedua spektrum tersebut invisible, tidak tampak. Jadi, jin dan malaikat digolonkan pada makhluk gaib. Kedua sifat tersebut tidak / belum dapat dibukti-kan kebenarannya secara sains, sehingga disebut pseudo sains. Oleh karena itu, anggapan / pendapat bahwa tubuh jin berasal dari infra-merah, dan tubuh malaikat dari ultra violet tidak harus diyakini (diimani), tetapi cukup diketahui.
Menurut ajaran Islam, jin dan malaikat benar adanya. Ini adalah sebuah dogma yang harus diyakini kebenarannya, tanpa harus dibuktikan secara ilmiah. Percaya terhadap yang gaib merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa, seperti Firman Allah pada QS Al Baqarah: 2—3 “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”. Sementara meyakini adanya malaikat merupakan salah satu dari enam rukun iman dalam ajaran Islam.


EPISTEMOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Pengetahuan tentang jin dan malaikat dapat diperoleh melalui pendekatan sain-tifik, dan dogmatik.

A. Pendekatan Saintifik (Pseudo Sains)

Dalam sains (pseudo sains) sekurang-kurangnya ada enam pendekatan dalam memperoleh pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang jin dan malaikat. Pen-dekatan tersebut adalah: tenacity, intuisi, otoritas, rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah.
Di antara ke-enam pendekatan tersebut, metode ilmiah dianggap paling ba-ik dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tentang jin dan malaikat seperti yang dimuat dalam artikel Line (1989) tertera di atas, tentunya diperoleh melalui pendekatan metode ilmiah, misalnya melalui observasi, simulasi komputer, bah-kan mungkin melalui eksperimen.
Pendekatan lain yang erat kaitannya adalah tenacity, dan intuisi. Tenacity adalah pendekatan untuk memperoleh pengetahuan, dengan percaya kepada tak-hayul, yaitu sesuatu yang ada dalam khayalan belaka, atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap ada, tetapi sesungguhnya tidak ada. Pengetahuan atau ke-percayaan seperti: jika ada kucing hitam atau ular yang melintas jalan yang se-dang dilewati seseorang merupakan pertanda sial, adalah tenacity.
Intuisi merupakan pendekatan untuk memeperoleh pengetahuan dengan tanpa memikir, atau mempelajari; atau pengetahuan yang tidak didasarkan pada penalaran, atau penarikan kesimpulan.
Orang yang mengetahui tentang perkara yang gaib, seperti yang dikatakan orang jawa ”wong pinter, ngerti sak durunge winarah”, mengaku tahu tentang hal-hal yang akan terjadi, dapat berbicara dengan roh halus, yaitu dari kebanyakan paranormal, para dukun, dan peramal, memperoleh pengetahuan dengan tanpa menggunakan nalar tanpa berdasarkan kesimpulan, tetapi dengan ”nglakoni”. Paranormal, para dukun, dan peramal biasa melakukan ”tapa brata”, atau berse-medi, ”pasa mutih”, ”pasa ngrowot”, dan sebagainya.


B. Pendekatan Dogmatik

Jin (al-jinnu) berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna sararahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi,
jin itu disebut dengan “jin” karena keadaannya yang tersembunyi (gaib).
Jin diciptakan oleh Allah dari api. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (i) Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (QS Al-Hijr: 27); (ii) Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api (QS Ar-Rahman:15).
Bagaimana wujud api itu, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kepada kita untuk menelitinya secara detail.
Malaikat diciptakan dari cahaya (nur). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian (HR. Muslim dari ’Ais-yah radhiallahu 'anha).
Malaikat digambarkan memiliki sayap. Allah berfirman: Segala puji bagi Allah, pencipta langit dan bumi yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat (pasang); Allah menambahkan dalam ciptaan-Nya segala yang Ia kehendaki; sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segalanya (QS Fāthir:1).

Bagaimana sikap kita terhadap yang gaib?
Kita wajib percaya terhadap yang gaib. Tetapi, kita tidak boleh percaya kepada orang (paranormal, para dukun, dan peramal) yang mengakau tahu tentang perkara yang gaib.
Ada beberapa riwayat dalam Hadits, sebagai berikut.
Diriwayatkan dari ’Aisyah radhiallahu 'anha, dia berkata: Beberapa orang berta-nya kepada Rasulullah SAW. Tentang juru ramal, maka Rasulullah SAW bersab-da “para juru ramal (kahin, jamak kuhhan) itu tidak ada apa-apanya / tidak menger ti apa-apa”. Orang-orang bertanya: “Ya Rasulullah, mereka itu kadang-kadang memberitahukan sesuatu kemudian terbukti benar?” Rasulullah SAW bersabda: Itu adalah ucapan yang benar (dari langit) yang diperoleh jin, lalu ia bisikkan ke telinga manusia bagai kokok ayam, kemudian mereka campurkan dengan lebih dari seratus kedustaan (HR Bukhari, Muslim).
Diriwayatkan dari Shafiyyah (putri Abu ‘Ubaid) dari salah seorang isteri Nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa mendatangi juru ramal kemudian ber-tanya tentang sesuatu (yang akan terjadi), maka shalatnya tidak diterima sekama 40 malam (HR Muslim).
Barang siapa mendatangi dukun dan ia mempercayainya apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW (HR Abu Daud).
Hadits di atas berhubungan dengan Firman Allah sebagai berikut.
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui per-kara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan di-bangkitkan (QS An Naml: 65).
(Dia adalah Tuhan) Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memper-lihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu; Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya (QS Al Jin: 26—27).

AKSIOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Pseudo sains tentang jin dan malaikat bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Sementara mengetahui lebih banyak tentang jin dan malaikat (hal-hal yang gaib) terutama melalui ajaran Islam, akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan se-seorang.
Dengan memahami sifat-sifat jin, kita dapat menghindar dari bisikan jin durhaka (setan) dengan meningkatkan ibadah, dan memohon perlindungan kepada Allah. Sementara memahai sifat-sifat malaikat kita dapat meneladani kepatuhan-nya kepada Allah, mengetahui tempat-tempat yang tidak disukai malaikat, dan meningkatkan keimanan.


KESIMPULAN

Dari kajian pseudo sains jin dan malaikat di atas, dapat ditarik kesimpulan se- bagai berikut.
Jin dan malaikat itu benar adanya; mereka tidak dapat dilihat, keberadaan mereka tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Pseudo sains tentang jin dan ma-laikat cukup diketahui, tidak harus diyakini. Mengenal sifat-sifat jin dapat meng-hindari hal-hal yang menyesatkan, sedangkan mengenal sifat-sifat malaikat dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.


REFERENSI

Assalamah. 2001. Al Qur’an dan terjemahannya (transliterasi Arab-Latin) model kanan kiri. Semarang: Tohaputra.

Az-Zabidi, I. 2002. Ringkasan hadis shahih Bukhari. Trans. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani.

Line, C. 1989. The Jinn from a scientific (?) viewpoint. Flying Saucer Review. 34 (4): 1—18.

Mundziri, I.A. 2003. Ringkasan shahih Muslim. Trans. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani.

1 komentar:

  1. ketidakdapatan ilmu mendeteksi keberadaan/keberujudan jin barangkali karena keterbatasan manusia atau mungkin memang benar-benar tidak bisa terbuktikan agar menjadi pembeda antara yang beriman dan yang tidak...

    good blog pak
    dari siswa PLPG 2011 IPA

    BalasHapus