Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 20 Desember 2009

PENULISAN ARTIKEL UNTUK JURNAL ILMIAH

Harsoyo Purnomo



I. PENDAHULUAN

Artikel ilmiah adalah karya tulis lengkap yang dimuat dalam jurnal ilmiah, atau majalah ilmiah. Jurnal ilmiah adalah berkala ilmiah yang dikeluarkan oleh lembaga atau organisasi profesi akademik, yang memuat karya ilmiah hasil penelitian. Oleh karena itu, jurnal ilmiah bersifat spesifik dari batang / cabang ilmu tertentu.
Artikel dalam jurnal ilmiah umumnya terdiri dari 2.000 sampai 10.000 kata, yang harus ditulis satu demi satu. Akan sulit dibayangkan kata yang terakhir, jika penulis sedang me-mikirkan kata yang pertama. Demikian juga, sulit untuk mengingat kata yang pertama jika penulis sedang menulis kesimpulan. Jelasnya, untuk menulis artikel yang baik, tahap demi tahap—dari judul sampai daftar pustaka—diperlukan konsentrasi penuh dari penulis.
Mersasakan beban pekerjaan ini, kadang-kadang timbul rasa kecil hati, sehingga hampir tidak mungkin menuliskan kata yang pertama. Kesulitan juga timbul bagi calon penulis, untuk menjawab pertanyaan: apa yang akan saya tulis?, dari mana memulainya?, dan bagaimana caranya?. Artikel yang baik setidaknya mengandung tiga unsur, yaitu logika ilmu yang tepat, bahasa yang jelas dan tepat, serta gaya khusus yang dipersyaratkan oleh jurnal, di mana artikel akan dikirim.
Setiap jurnal pada umumnya memiliki gaya selingkung yang merupakan salah satu penciri kepribadian dan jati diri suatu berkala. Gaya selingkung jurnal yang satu berbeda dengan gaya selingkung jurnal yang lain. Gaya selingkung umumnya dinyatakan dalam lembar gaya, atau diinformasikan melalui petunjuk bagi penulis. Oleh karena itu, penulis yang ingin mema- sukkan artikel ilmiahnya ke suatu jurnal tertentu, harus mengikuti gaya selingkung jurnal yang bersangkutan, jika berharap artikelnya dapat dimuat.
Penulisan Artikel untuk Jurnal Ilmiah ini penulis susun dalam rangka membantu para pemula yang akan memulai menulis artikel untuk jurnal ilmiah.


II. STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH

Kebanyakan artikel dalam jurnal ilmiah terbagi dalam delapan bagian utana yaitu: (i) judul; (ii) baris kepemilikan (iii) abstrak; (iv) pendahuluan; (v) material dan metode; (vi) hasil dan pembahasan (vii) kesimpulan; (viii) daftar pustaka.


A. Judul

Judul berfungsi memberikan informasi kepada pembaca mengenai isi naskah artikel ilmiah. Oleh karena itu judul harus dapat memberikan penjelasan pada saat berdiri sendiri. Sebagai pernyataan isi naskah, judul juga dapat digunakan sebagai indeks dalam publikasi ilmiah. Judul yang baik mudah diringkas menjadi judul yang pendek sebagai judul pelari (running head) yang biasa digunakan untuk tujuan editorial dan pencetakan. Ada dua macam judul, yaitu judul indikatif, dan judul informatif
Judul konvensional biasanya lebih bersifat indikatif—menyatakan subjek—daripada informatif—menyatakan kesimpulan. Mencoba menyusun judul in-formatif merupakan uji efektif apakah penelitian yang dilaporkan telah mengarah kepada kesimpulan yang tepat. Judul informatif mungkin akhirnya direvisi menjadi judul indikatif, karena banyak jurnal yang tidak meng-gunakan judul informatif.

Beberapa kriteria berikut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun judul.
  1. Judul harus menyatakan secara jelas isi naskah;
  2. Judul harus sama persis dengan topik utama karya ilmiah yang ditulis;
  3. Menggunakan kata-kata atau istilah Indonesia yang dikenal, dan mudah dipa-hami oleh pembaca;
  4. Judul hendaknya pendek atau ringkas, panjang judul maksimum 15 patah kata;
  5. Hindari penggunaan kata-kata seperti: tinjauan tentang . . . .; studi tentang ....; kajian tentang . . . .; dan yang sejenisnya. Kata-kata tersebut meskipun sifatnya umum, tetapi dianggap mubadzir dan hanya akan memperpanjang judul;
  6. Hindari penggunaan anak judul (subtitle);
  7. Hindari penggunaan kata kerja, karena judul bukan suatu kalimat atau headline;
  8. Hindari penggunaan singkatan-singkatan yang tidak lazim;
  9. Hindari penggunaan angka atau simbol-simbol yang kopleks; judul secara teknis hendak-nya informatif, tidak misterius;
  10. Judul dapat memuat nama ilmiah organisme yang belum dikenal secara luas.

Cara efektif untuk menyusun judul ialah memulai dengan kata-kata kunci (key words) yang menunjukkan aspek utama isi karya ilmiah, kemudian dirangkaikan dengan kata-kata lain yang tepat. Jika mungkin, letakkan kata yang paling penting pada awal judul. Cara ini memiliki dua keuntungan. Pertama, adanya jaminan bahwa pelayanan pemayaran (scanning service) dapat menggolongkan artikel yang ditulis ke dalam klasifikasi yang benar; kedua, penulis akan mem-peroleh judul yang paling deskripitif.


B. Baris Kepemilikan (By-line)


Baris kepemilikan banyak digunakan dalam penulisan artikel untuk jurnal ilmiah, atau makalah untuk forum akademik. Baris kepemilikan terdiri dari dua bagian, yaitu nama (nama-nama) author dan afiliasi institusional.
Penulis (author) adalah seseorang yang membuat pertanggungjawaban secara intelektual mengenai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya dalam bentuk laporan formal. Oleh karena itu yang dicantumkan sebagai author hanyalah nama orang yang benar-benar ber-partisipasi secara material dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan. Author senior yang secara historis ditulis pada urutan pertama, hendaknya orang yang telah memberikan sumbangan paling besar dalam memecahkan masalah, bukan orang yang lebih banyak bekerja menulis naskah. Dalam karya ilmiah, sebutan jabatan akademik / fungsional atau gelar kesarjanaan biasanya tidak dicantumkan.
Banyak ilmuwan beranggapan, bahwa menyantumkan nama orang yang tidak benar-benar terlibat dalam penulisan karya ilmiah adalah tidak etis. Penyantuman nama atasan sebagai supervisor atau nama kepala lembaga tempat di mana penulis bekerja adalah tidak perlu.
Nama institusi atau departemen ditulis beserta alamat pos, termasuk kode posnya atau alamat e-mail. Jika author tidak lama tinggal pada institusi di mana penelitian dilakukan, hendaknya dicantumkan alamat terakhir, untuk keperluan korespondensi atau permohonan cetak ulang. Nama institusi dapat ditulis pada catatan kaki, setelah sebelumnya memberikan super skrip tanda bintang di bela-kang nama.


C. Abstrak (Intisari)


Abstrak—abstrak informatif—bukan merupakan bagian integral suatu karya ilmi-ah / artikel ilmiah, melainkan merupakan tambahan yang berisi ikhtisar informasi kunci yang terdapat di dalam naskah, yang dimaksudkan untuk menyampaikan isi karya ilmiah secara singkat.
Abstrak mengikhtisarkan argumen mayor dan memberikan data pokok serta kesimpulan yang oleh penulis (author) dianggap sangat diperlukan oleh pem baca. Abstrak informatif yang baik sukar ditulis; secara ekstrem, yang satu kekurangan informasi, yang lain terlalu rinci. Memilih materi untuk abstrak harus mengingat bahwa abstrak harus mampu berdiri sendiri. Pada kenyataannya bagi pembaca yang sibuk, abstrak dianggap sebagai pengganti seluruh isi naskah karya ilmiah. Oleh karena itu harus cukup mengandung informasi untuk memenuhi mak sud tersebut. Abstrak karya ilmiah hasil penelitian memuat iformasi singkat mengenai hal-hal berikut.

  1. Ikhtisar masalah utama;
  2. Tujuan kegiatan ilmiah (penelitian);
  3. Material—subjek, bahan, dan alat yang digunakan termasuk maksud penggunaannya—metode, teknik observasi dan interpretasi data, serta aplikasi baru dari teknik dan peralatan standar;
  4. Hasil, makna hasil—termasuk tingkat beda nyata statistik—dan
  5. Kesimpulan.

Abstrak biasanya ditulis dengan cara yang berbeda dengan penulisan naskah, baik tipe huruf, dan / atau ukuran huruf yang digunakan, spasi, format, dan bahasa. Panjang abstrak antara 75 dan 250 kata.

Perlu diingat bahwa abstrak adalah ringkas, akurat, mudah dipahami, dan informatif. Di dalam abstrak tidak terdapat:

  1. tambahan, koreksi, atau informasi-informasi yang tidak terdapat di dalam naskah;
  2. tabel dan grafik;
  3. deskripsi secara rinci mengenai: eksperimen, organisme, metode standar, tek-nik, dan peralatan;
  4. penunjukan literatur (sitasi).

Di bawah abstrak dicantumkan kata-kata kunci (key-words) yang terdiri atas 3—6 kata, yang umumnya dipakai untuk memayar isi artikel dengan komputer dalam sistem pencarian infor-masi secatra cepat.


D. Pendahuluan


Pendahuluan (introduction) merupakan tempat yang sebaik-baiknya bagi penulis untuk membeberkan rencana keseluruhan karya ilmiah / artikel ilmiahnya kepada pembaca. Melalui pendahuluan, pembaca dituntun secara perlahan-lahan tetapi tepat ke arah pemikiran yang logis, mengenai penulisan karya ilmiah yang dilakukan oleh penulis. Pendahuluan memuat informasi-informasi sebagai berikut.


1. Identifikasi Subjek

Subjek / topik yang menjadi kajian utama hendaknya dinyatakan dengan menarik dan jelas serta selekas mungkin di dalam pendahuluan, diutamakan pada kalimat pertama.


2. Latar Belakang Teoritis dan Historis

Dalam kaitannya dengan teori, bagian ini menjelaskan pokok permasalahan secara teoritis, asal mulanya, mengikhtisarkan argumen yang relevan dengan data, dan menunjukkan bagaimana hubungan antara rancangan percobaan dan hipotesis terhadap pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya. Di samping itu dapat juga menjelaskan bagaimana hubungan rasional dan logika antara permasalahan dan maksud kegiatan ilmiah yang dilakukan, bagaimana implikasi teoritis kegiatan ilmiah yang dilakukan, dan bagaimana hubungannya dengan hasil penelitian terdahulu. Jika mungkin dengan sitasi pustaka yang tepat, pendek, dan ringkas, serta benar-benar relevan dengan tujuan penulisan karya / artikel ilmiah. Tunjukkan kontinuitas logis antara kegiatan ilmiah terdahulu dengan sekarang.
Latar belakang teoritis dan historis (theoretical and historical background) secara keseluruhan memberikan gambaran situasi yang mendorong penulis untuk melakukan kegiatan penulisan / penelitian.


3. Pernyataan Hipotesis


Bagi karya ilmiah / artikel ilmiah hasil penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris; atau jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis di-anggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Hipotesis memberikan alasan pemikiran perlunya dilakukan kegiatan ilmiah / penelitian.


4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup memberi batasan permasalahan yang akan dicari pemecahannya, kedalaman studi, luasnya perlakuan, dan faktor-faktor yang harus dimasukkan, dan / atau ditinggalkan.
Pembatasan masalah biasanya dinyatakan dengan perumusan masalah. Rumusan masalah didefinisikan sebagai kalimat tanya yang menghubungkan dua variabel. Oleh karena itu, perumusan masalah hendaknya ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau pertanyaan, padat dan jelas. Semakin banyak pertanyaannya, semakin luas lingkup kajiannya. Rumusan masalah harus dapat memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut secara empiris.
Ada juga yang berpendapat, bahwa rumusan permasalahan tidak harus ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan (interogatif), tetapi dapat juga ditulis dalam bentuk kalimat pernyataan (deklaratif). Hanya saja, jika rumusan permasalahan ditulis dalam bentuk pertanyaan, akan lebih mudah pemecahannya, sebab jawaban pertanyaan itulah pemecahannya.


5. Tujuan yang Akan Dicapai

Tujuan penulisan menerangkan secara singkat dan spesifik mengenai tujuan yang akan dicapai oleh penulis / peneliti melalui kegiatan yang dilakukan. Tujuan hendaknya realistis dan mudah dicapai. Tujuan disesuaikan dengan perumusan permasalahan.



6. Metode yang Digunakan

Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai metode yang digunakan, dan jika dianggap perlu hendaknya dikemukakan alasan pemilihan metode tersebut.

Perlu diingat bahwa pendahuluan tidak dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian yang dilakukan oleh penulis / peneliti. Jika pembaca mengetahui bidang yang bersangkutan, pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian tersebut akan mudah dimengerti.


E. Material dan Metode


Dalam eksperimen, material dan metode, termasuk rancangan eksperimennya hendaknya diuraikan secara rinci. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada pembaca atau ilmuwan lain mengadakan evaluasi atau duplikasi.


1. Material

Material meliputi: subjek—tumbuhan, hewan, atau manusia—bahan, dan alat.

a. Subjek


Subjek dapat berupa tumbuhan, hewan, dan manusia. Jika digunakan tumbuhan, sebutkan nama ilmiahnya, jumlah, karakteristiknya, dan bagaimana cara memperoleh atau seleksinya. Jika digunakan hewan, genus, spesies, jumlah strain, asal, dan ciri karakteristiknya—jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi fisiologisnya—harus dirinci. Hindari detail yang tidak penting.

b. Bahan


Bahan dapat berupa obat-obatan, bahan kimia, ekstrak jaringan, enzim, hormon, dan sebagainya. Jika digunakan bahan yang sangat spesifik, uraikan dengan jelas merk dagangnya, pabrik pembuatnya, cara penggunaannya, penyalurannya, dan jalur administrasinya.

c. Alat yang Digunakan


Peralatan yang digunakan juga harus dideskripsikan secara rinci mengenai nama, tingkat ketelitian, jika perlu merk dagang, pabrik pembuatnya, dan spesifikasinya. Bagi alat-alat yang kompleks, apabila memungkinkan dapat disertakan gambar, diagram, atau fotonya.


2. Metode

Untuk memudahkan deskripsi, metode dapat dibagi menjadi subseksi: rancangan percobaan (experimental design), prosedur, metode observasi, dan interpretasi.

a. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan atau desain eksperimental adalah semua proses yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan percobaan. Rancangan percobaan meliputi: desain yang digunakan, ciri-ciri yang akan dianalisis, faktor-faktor yang mempengaruhi, variabel yang akan diukur, bagaimana perlakuannya, berapa kali replikasinya, bagaimana denah atau lay-out percobaannya, analisis dan model sta-tistik yang digunakan.

b. Prosedur

Prosedur menjelaskan kepada pembaca tahap demi tahap jalannya penelitian dari awal sampai akhir. Penjelasan harus lengkap; tetapi perlu diingat bahwa laporan ditujukan kepada pembaca yang ekspert. Jika prosedur dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan, tidak diperlukan deskripsi secara rinci.

c. Observasi dan Interpretasi Data

Bagian ini menerangkan bagaimana mengobservasi material selama penelitian, dan bagaimana menginterpretasi hasilnya. Jika menggunakan metode yang sudah banyak dikenal tanpa mo-difikasi, sebutkan nama metodenya saja, dan kutip pustaka yang memuatnya. Tetapi, jika dilakukan modifikasi dari metode yang terdahulu, harus dijelaskan bagaimana modifikasinya. Demikian juga harus dijelaskan jika menggunakan metode statistik yang tidak lazim.


F. Hasil dan Pembahasan


Dalam jurnal ilmiah, penggabungan antara hasil penelitian dan pembahasan adalah lazim, mengingat jumlah halaman yang tersedia bagi penulis terbatas.
Karena hasil penelitian akan menjawab pertanyaan peneliti, maka hasil menjadi bagian penting dari artikel ilmiah. Hasil dimulai dengan pandangan umum mengenai apa yang dikaji secara singkat. Kalimat pertama atau kedua dari deskripsi hasil hendaknya seperti teras berita (lead) pada surat kabar—ringkas, jelas hanya berisi pokok peristiwa, fakta paling penting, paling menarik—di mana titik utama hasil cepat dikemukakan. Kemudian diikuti paragraf berikutnya secara rinci, dalam rangkaian yang secara logis mendukung (atau data yang menentang) hipotesis, atau menjawab pertanyaan yang dinyatakan dalam pendahuluan.
Jika memungkinkan dapat ditampilkan tabel, grafik, gambar, dan foto. Data dan ilustrasi yang dimasukkan harus tepat dengan subjek karya ilmiah / laporan penelitian. Data numerik yang disajikan dalam tabel tidak memerlukan penjelasan dalam teks, kecuali nilai rata-rata kelompok data mungkin perlu dinyatakan kembali dalam teks, untuk memberikan penekanan bukti di mana kesimpulan di dasarkan.
Penarikan kesimpulan dari data numerik hendaknya didukung dengan pernyataan singkat kriteria statistik yang digunakan untuk analisis dan evaluasi. Dalam menulis hasil tidak setiap hal harus dimasukkan, kecuali jika dalam kajian digunakan subjek tunggal.
Pada waktu menganalisis hasil, formula statistik tidak dimasukkan, kecuali jika uji statistik yang digunakan adalah model baru, unik, atau dalam beberapa hal tidak bersifat standar, dan tidak lazim digunakan.
Hasil yang diketahui cacat karena kesalahan, seringkali dibuang. Akan tetapi jika ada keraguan mengenai sumber kesalahan, hasil hendaknya tetap digunakan dengan menye-butkan—tanpa permintaan maaf—adanya kesalahan. Lagipula di sini detail harus adekuat, karena pembaca mengharap akan memperoleh informasi teknis yang tepat.
Setiap hasil yang diperoleh, setelah dianalisis langsung dibahas, tidak perlu dipisahkan hasil sendiri, dan pembahasan sendiri. Pembahasan adalah bagian karya ilmiah yang merupakan mata rantai yang menghubungkan data hasil penelitian sebagai fakta, dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis atau peneliti. Dalam pembahasan pembaca dituntun melalui suatu penalaran yang logis dan akseptabel untuk sampai kepada kesimpulan yang sehat.
Perlu diingat oleh penulis, jangan sampai dalam pembahasan ini penulis mengemukakan penalarannya dengan kata-kata yang bernada menyombongkan diri, atau dengan kata-kata yang oleh pembaca dapat dirasakan sebagai sesuatu yang memandang rendah kemampuan pembaca; misalnya uraian yang panjang lebar atau diulang-ulang mengenai hal yang sangat sederhana dan jelas mudah dipahami. Lagipula harus diingat, bahwa belum tentu pembaca sepaham dengan penulis, dan menerima semua konsepsi yang penulis ajukan. Oleh karena itu dalam menyajikan bagian ini perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya kritik, tentangan atau tantangan. Melalui argumentasi yang tidak diduga oleh penulis, mungkin dari data hasil penelitian itu dapat ditunjukkan dan dibuktikan hal-hal yang berlawanan dengan yang dibuk-tikan oleh penulis.
Komponen utama yang perlu dikemukakan dalam pembahasan antara lain sebagai berikut.

  1. Interpretasi—pendapat atau pandangan teoritis—dan evaluasi peneliti terhadap hasil penelitian;
  2. Penjelasan apakah hipotesis yang dikemukakan dalam pendahuluan telah dapat dibuk-tikan;
  3. Penjelasan apakah berdasarkan hasil penelitian permasalahan telah terjawab atau telah dapat terpecahkan;
  4. Penjelasan apakah tujuan penelitian telah dapat dicapai;
  5. Apakah hasil penelitian telah menjawab pertanyaan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian;
  6. Penjelasan mengenai hubungan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti dengan hasil penelitian terdahulu, termasuk pembahasan penemuan terdahulu oleh peneliti lain, apakah sesuai atau tidak sesuai;
  7. Alasan yang kuat apabila terdapat ketidaksesuaian atau perbedaan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti, dengan hasil penelitian terdahulu.

Jika terdapat keraguan mengenai hasil, hasil yang cacat, hasil yang tidak mendukung hipotesis, harus dijelaskan mengapa, apa sebabnya; apakah metode penelitiannya yang cacat, apakah dapat diperbaiki, dan sebagainya, sehingga pembaca benar-benar memperoleh informasi yang lengkap, dan tepat atau akurat.


G. Kesimpulan (Konklusi)


Kesimpulan (konklusi) adalah pernyataan pendapat yang dibuat berdasarkan fakta hasil penelitian, dan / atau premisum melalui penarikan kesimpulan (inference).
Inference adalah cara menyatakan mengenai sesuatu yang belum diketahui, berdasarkan sesuatu yang diketahui; atau, inference adalah proses berpikir yang bergerak dari observasi, melalui beberapa pengetahuan dan keyakinan sampai ke konklusi.

Ada beberapa tipe penarikan kesimpulan (inference) berdasarkan fakta yaitu: generalisasi (induksi), spesialisasi (deduksi), hubungan kausal-efek, dan generalisasi kausal-efek.
Penarikan kesimpulan yang didasarkan atas premisum juga ada beberapa tipe yaitu: argumen, silogisme, dan analogi. Premisum atau premis adalah: sesuatu yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan; kalimat atau proposisi yang dija-dikan dasar penarikan kesimpulan.


H. Daftar Pustaka (Referensi)


Daftar pustaka (referensi) adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengan-dung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah / artikel ilmiah yang ditulis, dan benar-benar dikutip dalam teks.
Setiap jurnal memiliki format yang baku dalam penulisan daftar pustaka. Oleh karena itu, penulisan daftar pustaka sebaiknya dilakukan setelah mempelajari dengan seksama ketentuan dari jurnal yang bersangkutan, yang dicantumkan pada “petunjuk bagi penulis”.
Namun, secara umum informasi yang perlu dimasukkan ke dalam daftar pustaka, untuk buku adalah: nama (nama-nama) author; judul buku; fakta publikasi yang meliputi: nomor edisi, nomor jilid; kota penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
Sementara untuk jurnal, informasi yang perlu dimasukkan adalah: nama (nama-nama) author, judul artikel; fakta publikasi yang meliputi: nama periodikal / jurnal; nomor volume; nomor seri terbitan; nomor halaman dari awal sampai akhir, dan tahun publikasi.
Penulisan nama author dapat menggunakan sistem Harvard, atau sistem Vancouver, sedangkan gaya penulisan dapat mengacu pada gaya CMS, CBE, CSE, atau APA, bergantung sistem mana yang diminta oleh jurnal.

Daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang digunakan dalam Penulisan Artikel untuk Jurnal Ilmiah ini, sengaja diberi kepala (heading) “Bibliografi”, dan gaya penulisannya meng-gunakan gaya CMS.
Bibliografi, adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah yang ditulis, baik yang dipublikasikan, maupun tidak dipublikasikan, dan dianggap berguna untuk menambah wawasan pembaca.
Pustaka-pustaka yang terdapat dalam bibliografi adalah pustaka-pustaka yang benar-benar dipelajari pada saat merencanakan kegiatan ilmiah, atau penulisan karya ilmiah, tetapi tidak seluruhnya dikutip dalam teks. Demikian juga tidak semua pustaka yang mengandung materi yang sesuai dengan materi karya ilmiah dimasukkan ke dalam bibliografi.



III. BIBLIOGRAFI


Lindsay, D. 1987. A guide to scientific writing. International Development Program of Australian Universities & Colleges.


Purnomo, H. 2009. Metode penulisan karya ilmiah. http://www.harso-purnomo. blogspot.com


Rivai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Sabtu, 12 Desember 2009

PETUNJUK
PENYUSUNAN USULAN DAN LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Harsoyo Purnomo

BAGIAN I
PENELITIAN TINDAKAN KELAS


I. KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) dapat didefinisikan sebagai suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, mem-perdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran dilakukan.
PTK dilakukan dengan proses pengajian berdaur (cyclical) yang terdiri atas empat tahap: Perencanaan--Pelaksanaan--Pengamatan--Refleksi.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa pakar memiliki pendapat yang berbeda terhadap karakteristik penelitian tindakan kelas. Berikut adalah perpaduan dari beberapa pendapat para pakar tersebut.
  1. PTK didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran;
  2. PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik–kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel.
  3. PTK dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama dengan pihak lain.
  4. Pada PTK peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
  5. PTK bertujuan memecahkan masalah dan / atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
  6. PTK dilaksanakan dalam rangkaian langkah-langkah yang terdiri dari beberapa siklus.
  7. Subjek / objek yang diteliti adalah tindakan yang dilakukan, meliputi keefektifan metode, teknik, atau proses pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
  8. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.

C. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993) ada enam prinsip penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut.

  1. PTK yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak mengganggu tugas utama guru dalam melaksanakan proses belajarmengajar.
  2. Metode pengumpulan data tidak menyita waktu guru sehingga berpeluang meng-ganggu proses pembelajaran.
  3. Metode yang digunakan harus cukup reliabel sehingga memungkinkan guru mengidenti-fikasi dan merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dirumuskannya.
  4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya, dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru me-
    miliki komitmen terhadap pemecahannya.
  5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh perha
    tian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
  6. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan sebagai berikut.

  1. PTK dilaksanakan untuk perbaikan dan / atau peningkatan praktik pembelajaran se- cara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penunaian misi profesional kepen-didikan yang diemban oleh guru.
  2. Perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses bela-jar-mengajar.
  3. Pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggu-langi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya dan / atau di sekolahnya sendiri.


E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki manfaat sebagai berikut.

  1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
  2. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.
  3. Perbaikan dan / atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
  4. Perbaikan dan / atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
    Perbaikan dan / atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar.
  5. Perbaikan dan / atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
  6. Perbaikan dan / atau peningkatan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
    Perbaikan dan / atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.


F. Bidang Kajian

Bidang kajian penelitian tindakan kelas antara lain meliputi:

  1. masalah belajar siswa di sekolah;
  2. strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran di kelas;
  3. alat bantu, media, dan sumber belajar;
  4. sistem evaluasi proses dan hasil belajar;
  5. pengembangan kepribadian peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya;
  6. masalah kurikulum.


II. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengajian melalui sistem berdaur atau si-klus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Ada lima tahapan dalam pelaksanaan PTK. Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah: penetapan fokus masalah pe-nelitian; perencanaan tindakan perbaikan; pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi; analisis dan refleksi; perencanaan tindak lanjut.


A. Penetapan Fokus Penelitian

Fokus penelitian ditetapkan berdasarkan permasalahan yang timbul dan benar-benar di-rasakan dan dihayati oleh guru, dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya. Permasalahan dapat bersumber dari siswa, guru, kurikulum, metode pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media belajar, instrumen tes, atau prestasi belajar siswa, dan sebagainya.


1. Identifikasi Masalah

Masalah akan timbul jika ada gap atau kesenjangan antara das sollen dan das sein, antara apa yang seharusnya ada dan apa yang ada dalam kenyataan, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenisnya. Kesenjangan dapat berupa ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan sebagainya.
Masalah yang muncul perlu diidentifikasi, apa saja masalahnya—tulis semua masalah yang ada—kemudian masalah-masalah tersebut dipilah masalah-masalah mana yang masuk ke dalam lingkup penelitian, dan masalah-masalah mana yang tidak masuk ke dalam lingkup penelitian. Dari masalah-masalah yang masuk ke dalam lingkup penelitian, masih perlu dibatasi lagi, apa saja masalahnya. Pembatasan fokus perhatian seperti itu, disebut permasalahan penelitian, untuk membedakan dengan istilah masalah yang selalu muncul dan dihadapi setiap hari.
Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan, diperlukan pengetahuan mengenai cabang ilmu tertentu. Hampir tidak mungkin seseorang yang tidak memiliki pengetahuan dapat menemukan permasalahan untuk penelitian.



2. Pemilihan Masalah

Masalah-masalah yang telah teridentifikasi, belum tentu layak untuk diteliti. Oleh karena itu perlu dipilih masalah mana yang sesuai, menarik, penting, dianggap perlu, atau layak untuk diteliti. Untuk memilih permasalahan yang akan diteliti, perlu pertimbangan dari aspek permasalahannya, dan dari aspek calon penelitinya.


a. Pertimbangan dari Aspek Permasalahan

Dari aspek permasalahan, pertimbangan yang diperlukan adalah manfaat hasil penelitian antara lain bagi:

  • peningkatan kualitas proses pembelajaran;
  • peningkatan profesionalisme guru;
  • peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidik-an di dalam dan luar kelas.
  • peningkatan prestasi belajar siswa;
  • perbaikan dan / atau peningkatan kualitas instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa;
  • perbaikan dan / atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar;

Apabila berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas hasil penelitian me-mang bermanfaat, kegiatan penelitian dapat dilanjutkan. Namun, apabila hasil penelitian dinilai tidak bermanfaat, sebaiknya tidak dilakukan, sebab akan mubadzir, hanya mem-buang biaya, tenaga, dan waktu.


b. Pertimbangan dari Aspek Peneliti

Meskipun suatu permasalahan dianggap layak untuk diteliti berdasarkan aspek manfaat, namun masih bergantung pada pertimbangan dari aspek peneliti, apakah permasalahan tersebut dapat di-manage atau tidak oleh calon peneliti. Oleh karena itu perlu diperhatikan:

  • biaya dan tenaga yang tersedia;
  • waktu yang diperlukan atau yang dapat digunakan;
  • material (bahan dan alat) yang tersedia;
  • penguasaan metode yang diperlukan;
  • kemampuan intelektual peneliti.

Jadi, calon peneliti perlu bertanya kepada diri sendiri, apakah permasalahan yang akan diteliti sesuai, ditinjau dari aspek permasalahannya, maupun dari aspek peneliti. Apabila tidak sesuai, sebaiknya dipilih permasalahan lain yang sesuai, atau permasalahan ter-sebut dimodifikasi agar sesuai.


3. Perumusan Masalah

Permasalahan yang telah diidentifikasi, dan dipilih, selanjutnya perlu dirumuskan. Perumusan masalah ini sangat penting, sebab dengan perumusan masalah, permasalahan penelitian akan menjadi jelas dan terbatas, sehingga dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya.
Dalam perumusan masalah tidak terdapat aturan khusus, namun ada yang mendefinisikan bahwa rumusan masalah (masalah penelitian) adalah kalimat tanya yang menghubungkan dua variabel. Oleh karena itu: masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya; rumusan masalah hendaknya padat dan jelas; rumusan masalah harus dapat memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data dan informasi, untuk menjawab pertanyaan tersebut secara empiris.
Dengan demikian, rumusan masalah dapat merupakan pembatasan (pelingkupan) pe-nelitian. Semakin banyak pertanyaannya, semakin banyak pula material, biaya, tenaga, dan waktu serta jumlah halaman laporan yang diperlukan. Demikian pula sebaliknya.
Ada juga yang berpendapat, bahwa rumusan masalah tidak harus disusun dalam kalimat pertanyaan (interogatif), tetapi dalam kalimat pernyataan (deklaratif). Namun, rumusan masalah yang disusun dalam kalimat tanya, akan lebih memudahkan peme-cahannya, sebab jawaban pertanyaan itulah pemecahannya.


B. Perencanaan Tindakian

Perencanaan tindakan diformulasikan dalam bentuk hiporesis tindakan. Bentuk umum hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis penelitian formal—eksperimen—yang me-nyatakan prakiraan terbaik tentang hubungan yang ada di antara variabel-variabel, atau penyelesaian tentatif suatu permasalahan. Hipotesis tindakan menyatakan adanya keyakinan atau kepercayaan bahwa tindakan yang akan dilakukan merupakan solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti.
Hipotesis tindakan dapat disusun berdasarkan: kajian teoritik di bidang pembelajaran; kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti; diskusi dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya; refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik.
Sebelum melaksanakan tindakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan yang antara lain meliputi:

  1. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran;
  2. menyiapkan fasilitas dan sarana pembelajaran, seperti media, dan sumber pembela-jaran;
  3. menyiapkan cara perekaman dan analisis data hasil penelitian;
  4. melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan.

C. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

Kegiatan pelaksanaan tindakan dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti oleh refleksi. Observasi didefinisikan sebagai pengamatan langsung menggunakan alat indera, atau alat bantu untuk penginderaan suatu subjek / objek. Alat bantu di sini dapat berupa alat-alat perekam, dan / atau lembar observasi, serta alat penilaian kemampuan guru (APKG).


D. Analisis dan Refleksi

Analisis data adalah suatu proses pengorganisasian data—menata dalam bentuk urutan berdasar kategori atau satuan uraian dasar dan menyajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik, dan lain-lain, yang mudah dipahami—penafsiran, dan pengujian hipotesis untuk membuat kesimpulan.
Data yang bersifat kualitatif—hasil pengamatan atau observasi—dianalisis seca-ra kualitatif, misalnya dengan model Miles and Huberman (1984) yang meliputi reduksi data, penyajian data, konklusi dan verifikasi.
Melakukana refleksi berarti merenungkan secara intens apa yang telah terjadi, dan apa yang tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan / atau tidak terjadi, serta menjajagi alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.
Secara teknis refleksi dilakukan dengan cara menganalisis dan sintesis, di sam-ping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi apabila objek kajian diuraikan menjadi bagian-bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sementara proses sintetik ter-jadi apabila berbagai unsur objek kajian yang telah diurai tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu ke-satuan.
Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen berikut.

ANALISIS---PEMAKNAAN---PENJELASAN---KESIMPULAN---TINDAK LANJUT







BAGIAN II
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


I. LATAR BELAKANG MASALAH


Berisi deskripsi situasi yang mendorong peneliti melakukan penelitian. Apa pokok masalahnya, bagaimana masalah timbul, dan mengapa permasalahan tersebut dipilih. Tunjukkan fakta-fakta pendukung sebagai justifikasi bahwa permasalahan tersebut belum pernah terpecahkan sebelumnya, baik dari pengamatan guru maupun dari kajian pustaka tentang hasil penelitian terdahulu.



II. PERMASALAHAN


Masalah hendaknya diangkat dari permasalahan nyata sehari-hari yang terjadi di kelas atau di sekolah, yang dianggap merisaukan atau menimbulkan ketidakpuasan bagi guru. Permasalahan diawali dengan identifikasi masalah, kemudian pemilihan masalah, dan diakhiri dengan perumusan masalah.



III. CARA PEMECAHAN MASALAH


Kemukakakan cara yang diajukan untuk memecahkan permasalahan, alternatif peme-cahan masalah hendaknya memiliki landasan konseptual yang mantap, bertolak dari analisis masalah.



IV. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian harus konsisten dengan permasalahan yang akan dicari pemecahan- nya, atau disesuaikan dengan rumusan permasalahannya. Tujuan hendaknya realistis menjawab pertanyaan, dan mudah dicapai.



V. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat penelitian diuraikan secara spesifik, yaitu manfaat bagi siswa—perbaikan dan / atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa—bagi guru pelaksana PTK dan bagi guru-guru yang lain—peningkatan kompetensi dalam mengatasi masalah pem-belajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas, peningkatan sikap profesional guru —bagi sekolah, dan bagi dosen-dosen LPTK yang terlibat di dalamnya, dan pihak-pihak lain yang terkait.



VI. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Telaah Pustaka

Telaah pustaka digunakan untuk memperoleh teori-teori atau metodologi yang dapat di-
gunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, dan memnentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Teori-teori yang digunakan adalah teori-teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya secara empiris. Dalam hal ini juga diper-lukan dukungan dari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan.


B. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan menyatakan bahwa tindakan yang diambil atau yang akan dilakukan merupakan solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti.



VII. RENCANA PENELITIAN


A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Bagian ini mendeskripsikan di mana penelitian dilakukan, di kelas berapa, dan bagai-mana karakteristik kelas tersebut—komposisi laki-perempuan, latar belakang sosial ekonomi, kemampuan siswa, dan sebagainya—yang relevan.


B. Variabel yang Diteliti

Variabel yang diteliti dapat berupa: variabel input, variabel proses, dan variabel output.


C. Rencana Tindakan

Siklus I

1. Perencanaan

  • Menyusun skenario pembelajaran dengan netode yang dipilih
  • Membuat lembar observasi
  • Membuat media / alat bantu mengajar
  • Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen

2. Pelaksanaan Tindakan

3. Observasi dan Interpretasi

4. Analisis dan Refleksi



Siklus II .....


D. Data

1. Sumber Data

2. Jenis Data

  • Rencana pelaksanaan pembelajaran
  • Observasi pelaksanaan pembelajaran
  • Hasil belajar siswa
  • Jurnal


E. Pengambilan Data

  1. Memberikan tes kepada Siswa
  2. Penggunaan lembar observasi untuk data situasi pembelajaran
  3. Penggunaan jurnal guru untuk data refleksi
  4. Penggunaan RPP dan lembar observasi (untuk keterkaitan perencanaan dan pelaksanaan


F. Indikator Kinerja

Mendeskripsikan indikator keberhasilan penelitian, atau menetapkan kriteria keberha- silan penelitian.



VIII. JADWAL PENELITIAN


Jadwal penelitian disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.



IX. DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka memuat pustaka-pustaka yang relevan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan usulan penelitian tindakan kelas. Penyusunan daftar pustaka dapat menggunakan salah satu dari model (gaya) yaitu: gaya CMS (The Chicago Manual of Style), gaya CSE (Council of Science Editors), atau gaya APA (American Psycho-logical Association).











BAGIAN III
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS



I. HALAMAN SAMPUL



Halaman sampul depan memuat: judul laporan, maksud penulisan laporan, lambang / logo institusi atau sekolah, nama (nama-nama) peneliti, nama institusi, nama kota dan tahun penyelesaian laporan.



II. HALAMAN PENGESAHAN



Halaman pengesahan memuat: judul penelitian, nama (nama-nama) dan identitas peneliti, tanda tangan pimpinan dan cap lembaga terkait.



III. ABSTRAK


Abstrak (abstrak informatif) atau intisari terdiri atas 75—250 kata, yang memuat informasi: ikhtisar pokok masalah, dan alasan dilakukannya penelitian; tujuan pene-litian; metode penelitian; hasil, dan makna hasil; kesimpulan. Abstrak ditulis dengan jarak satu spasi vertikal.



IV. KATA PENGANTAR


Kata pengantar memuat informasi mengenai hal-hal yang medahului pelaksanaan penelitian yang dilakukan, bukan informasi mengenai penelitian itu sendiri. Dapat juga berisi penjelasan peneliti mengapa penelitian itu dilakukan, gagasan yang melatarbelakangi penelitian, dan harapan peneliti mengenai manfaat atau kegunaan hasil penelitiannya.
Kata pengantar biasanya juga memuat ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan mulai dari persiapan penelitian, sampai selesainya penulisan laporan. Apabila diperlukan ucapan terima kasih, maka terima kasih hanya disampaikan kepada pihak-pihak yang benar-benar membantu secara intelektual, dan ditulis secara urut mulai dari yang paling besar bantuannya.



V. DAFTAR ISI


Daftar isi adalah kerangka garis besar laporan beserta nomor halamannya. Materi yang dimasukkan ke dalam daftar isi adalah kepala (heading) yang tepat yang memperlihatkan seluruh isi laporan, dapat juga dilengkapi dengan kepala level ke-2, dan kepala level ke-3.
Halaman dari elemen pendahuluan (preliminary elemen) mulai dari halaman judul sampai daftar ilustrasi, diberi nomor dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, dan seterusnya). Halaman judul dan halaman persetujuan tidak dimasukkan ke dalam daftar
isi; daftar isi dimulai dari abstrak.
Halaman elemen utama dan elemen akhir, dari pendahuluan sampai dengan lampiran diberi nomor dengan angka arab (arabic numeral).



VI. DAFTAR TABEL


Jika di dalam laporan terdapat banyak tabel, maka setelah daftar isi, disediakan halaman khusus yang memuat judul tabel beserta nomor halamannya. Tetapi jika hanya terdapat satu atau dua tabel, maka daftar tabel tidak diperlukan.



VII. DAFTAR ILUSTRASI


Ilustrasi meliputi: foto; gambar / gambar garis; grafik; diagram—diagram lingkaran, diagram kotak, diagram alir, diagram batang, atau diagram balok—bagan; peta; dan denah.
Seperti halnya daftar tabel, jika hanya terdapat satu atau dua ilustrasi maka tidak diperlukan daftar ilustrasi. Mengenai berapa jumlah minimal tabel atau ilustrasi yang perlu diuatkan daftar, bergantung pada pertimbangan atau “rasa” dari penulis.



VIII. PENDAHULUAN


Pendahuluan (introduction) merupakan tempat yang sebaik-baiknya bagi penulis / peneliti untuk membeberkan rencana keseluruhan karya ilmiah penelitiannya kepada pembaca. Melalui pendahuluan, pembaca dituntun secara perlahan-lahan tetapi tepat ke arah pemikiran yang logis, mengenai penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Bagian-bagian penting yang terdapat di dalam pendahuluan adalah: deskripsi atau penjelasan terhadap subjek penelitian; latar belakang—masalah—teoritis, dan his-toris; ruang lingkup yang dinyatakan dalam rumusan permasalahan; tujuan penelitian; manfaat penelitian; pernyataan hipotesis tindakan (jika ada); definisi operasional varia-bel; deskripsi singkat metode yang digunakan.
Dalam penulisan pendahuluan, bagian-bagian pendahuluan tidak harus dipisahkan dalam subkepala (subheading), tetapi cukup dipisahkan dalam alinea-alinea atau paragraf.



IX. TELAAH PUSTAKA


Telaah pustaka atau tinjauan pustaka diperlukan untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan diteliti pernah diteliti sebelumnya, untuk mencari data hasil penelitian ter-dahulu yang relevan, mencari teori-teori, konsep-konsep, dan metode mutakhir.
Teori-teori yang diperlukan adalah teori yang benar-benar relevan yang dapat memberikan arah pelaksanaan penelitian, yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara (hipo-tesis), dan penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang diperlukan adalah teori-teori yang benar-benar telah teruji secara empiris.
Teori juga diperlukan untuk membangun kerangka berpikir, yaitu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir akan mejelaskan secara teoritis per-tautan antar variabel yang akan diteliti. Pertautan antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam paradigma penelitian. Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk menyusun hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis yang akan digunakan.



X. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian mendeskripsikan: lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian,. Kejelasan setiap siklus: perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, layak, dan kolaboratif.



XI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menyajikan data lengkap—data utama—setiap siklus, mengenai hasil pengamatan dan pengukuran, serta hasil refleksi. Perlu ditambahkan hal yang medasar, yaitu perubahan pada diri siswa, guru, lingkungan, motivasi dan keaktifan belajar, situ-asi kelas, dan hasil / prestasi belajar.
Data yang bersifat kualitatif—hasil pengamatan atau observasi—dianalisis secara kualitatif, misalnya dengan model Miles and Huberman (1984) yang meliputi reduksi data, penyajian data, konklusi dan verifikasi. Di samping model Miles and Huberman, dapat juga digunakan model Spradley (1980) yang meliputi langkah-langkah: analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, analisis tema kultural.
Sementara data yang bersifat kuantitatif—hasil tes—dapat dianalisis secara kuantitatif dengan model statistik yang cocok.
Data dapat disajikan dalam bentuk foto; gambar / gambar garis; grafik; diagram—diagram lingkaran, diagram kotak, diagram alir, diagram batang, atau diagram balok—bagan; peta; denah; dan sebagainya, bergantung mana yang paling cocok, dan paling tepat.
Data dan informasi hasil penelitian yang dianalisis, terus dibahas. Antara hasil dan pembahasan. tidak perlu dipisahkan dengan subkepala (subheading). Dalam pembahasan pembaca dituntun melalui suatu penalaran yang logis dan akseptabel, untuk sampai pada kesimpulan.
Informasi utama yang perlu dikemukakan dalam pembahasan antara lain adalah:
interpretasi—pendapat atau pandangan teoritis—dan evaluasi peneliti terhadap hasil penelitian; penjelasan apakah hipotesis yang dikemukakan dalam pendahuluan telah dapat dibuktikan; penjelasan apakah berdasarkan hasil penelitian permasalahan telah terjawab atau telah dapat terpecahkan; penjelasan apakah tujuan penelitian telah dapat dicapai; apakah hasil penelitian telah menjawab pertanyaan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian; penjelasan mengenai hubungan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti dengan hasil penelitian terdahulu, termasuk pembahasan penemuan terdahulu oleh peneliti lain, apakah sesuai atau tidak sesuai; alasan yang kuat apabila terdapat ketidaksesuaian atau perbedaan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti, dengan hasil penelitian terdahulu.
Jika terdapat keraguan mengenai hasil, hasil yang cacat, hasil yang tidak men-dukung hipotesis, harus dijelaskan mengapa, apa sebabnya; apakah metode pene-litiannya yang cacat, apakah dapat diperbaiki, dan sebagainya, sehingga pembaca benar-benar memperoleh informasi yang lengkap, dan tepat atau akurat.



XII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan (konklusi) adalah pernyataan pendapat yang dibuat berdasarkan fakta hasil penelitian dan / atau premisum (premise) melalui penarikan kesimpulan (inference). Pe-narikan kesimpulan (inference) adalah cara menyatakan sesuatu yang belum diketahui atau tidak diketahui, atas dasar apa yang telah diketahui; atau proses berpikir yang bergerak dari observasi, melalui pengetahuan dan keyakinan sampai ke kesimpulan.
Ada beberapa tipe inference yaitu: generalisasi (induksi), spesialisasi (deduksi), hubungan kausal-efek, generalisasi kausal-efek, argumen, silogisme, dan analogi.


B. Saran

Saran atau rekomendasi adalah advis penulis / peneliti mengenai apa yang perlu atau harus dikerjakan, yang didasarkan atas data yang disajikan dalam laporan penelitian.



XIII. DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat pustaka-pustaka yang relevan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas. Semua pustaka yang dikutip dalam teks harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka, atau sebaliknya semua pustaka yang terdapat dalam daftar pustaka harus terdapat di dalam teks atau naskah skripsi sebagai sumber kutipan. Gaya penulisan daftar pustaka dapat menggunakan gaya: CMS, CSE, atau APA.



XIV. LAMPIRAN



Penggunaan informasi tambahan dalam bentuk lampiran dimaksudkan untuk menam- bah kejelasan tubuh laporan penelitiaan. Lampiran menyajikan informasi-informasi yang dianggap terlalu panjang / luas atau terlalu sulit jika dimasukkan ke dalam tubuh laporan. Dengan demikian, informasi-informasi yang penting dan relevan dengan bagian-bagian dalam laporan, tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam teks, dapat dima-sukkan ke dalam lampiran.


BIBLIOGRAFI


Depdiknas Ditjen Dikti. 2005. Pedoman penyusunan usulan dan laporan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Jakarta: Depdiknas Ditjen Dikti Direktorat Pembinaan Penddidikan Tenaga Kependdidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.


Fraenkel, J.R., and N.E. Wallen. 1993. How to design and evaluate research in education. 2nd ed.New York: mcGraw-Hill Inc.


Hopkins, D. 1993. A teacher’s guide to classroom research. 2nd ed. Buckingham: Open University Press.


McMillan, J.H., and S. Schumacher.2001. Research in education. 5th ed. New York: Addison Wesley Longman, Inc.


Purnomo, H. 2009a. Metode penulisan karya ilmiah. http://www.harso-purnomo/. blogspot.com.


------ 2009b. Metodologi penelitian. Semarang: IKIP PGRI Semarang.


Sarwono, J.T. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Sugiyono. 2009a. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandubg: CV Alfabeta.


------ 2009b. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: CV Alfabeta


Sukmadinata, N.S. 2008. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian tindakan kelas (classroom action research). Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.













Minggu, 06 Desember 2009

JIN DAN MALAIKAT SEBAGAI SUBJEK PSEUDO SAINS
DITINJAU DARI SUDUT ONTOLOGI EPISTEMOLOGI
DAN AKSIOLOGI

Harsoyo Purnono


PENDAHULUAN

Jin secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi tersembunyi atau tidak terlihat. Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api.
Sementara kata malaikat merupakan bentuk jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi, malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya (nur). Oleh karena kedua makhluk tersebut tidak terlihat maka jin dan malaikat termasuk makhluk-makhluk gaib, yang keduanya termasuk subjek-subjek pseudo ilmiah (pseudo sains).
Keberadaan kedua makhluk tersebut telah dikaji secara ilmiah (pseudo ilmiah / pseudo sains) antara lain oleh Chris Line (1989) dengan tulisannya yang berjudul The Jinn from a Scientific (?) Viewpoint, yang dimuat dalam Flying Sau-cer Review Vol 34 No. 4 Desember 1989.
Ikhtisar kajian Line (1989) tersebut akan penulis telaah dari aspek filsafat (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) secara Islami (pseudo sains Islam?) de-ngan berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadits).
Namun, ini bukan berarti ingin mencocokkan atau merekayasa mencari ayat-ayat mana yang sesuai dengan fakta ilmiah. Al-Qur’an bukan ensiklopedia, bukan buku teks, dan bukan serangkaian hipotesis yang harus diuji kebemarannya, melainkan pedoman atau petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Dogmatik memang tidak dapat dicampur adukkan dengan saintifik; sebab sains tidak abadi, dapat berubah. Sehingga ketika terjadi ketidakcocokan antara sains dan agama, kita masih dapat mengikuti sains sambil tetap berpegang teguh pada agama.


JIN DAN MALAIKAT SEBAGAI SUBJEK PSEUDO SAINS

Berikut adalah ikhtisar artikel Line (1989) yang berjudul The Jinn from a Scien-tific (?) Viewpoint.
Jin adalah makhluk yang tinggal di tingkat paralel yg sama dgn manusia, namun karena mereka berada di tingkat getar yang berbeda, maka mereka tidak terlihat atau terdeteksi oleh manusia. Meskipun tidak terlihat, maka ketika terjadi peristiwa UFO dan peristiwa psikis, sering terjadi perubahan energi yang dapat kita ukur dan energi tersebut adalah spektrum elektro-magnetik.
Jin dideskripsikan sebagai "tubuh dari nyala api utama", atau "nyala api yang tak berasap" atau “api tak berasap”, yang kemudian disebut infra merah (spectrum elektro-magnetik) Sementara malaikat dideskripsikan sebagai tubuh dari cahaya (nur), yang kemudian dinyatakan sebagai energi tak terlihat yaitu spektrum ultraviolet.
UFO mulai muncul dalam jumlah besar sekitar tahun 1947, ketika manusia mulai menggunakan radar. Atau dengan kata lain UFO mulai muncul sejak manusia mulai mengisi bumi dengan radiasi gelombang mikro. Jika tubuh jin berasal dari infra merah, maka dapat dipastikan mereka akan terganggu. Sebab radiasi gelom-bang mikro (microwave) terletak tepat di bawah infra merah, di atas gelombang radio.
Jin muncul karena salah satu dari tiga faktor: (i) mereka dapat mengontrol hal-hal yang dianggap sebagai kenyataan sehari-hari; (ii) mereka dapat mengontrol terhadap aspek tertentu dari jiwa manusia, dan dapat membuat pengalaman yang subyektif; (iii) mereka dapat membuat ilusi.
Penyebab tingkah laku cerdas jin, karena mereka memiliki minimal dua level fung si, yaitu (i) tubuh dari energi elektro-magnetik; dan (ii) jiwa yang halus dari bebe-rapa energi, yang disebut "etheric" atau “langit” , atau mungkin dengan “bintang", (dalam Western Occult Tradition).
Beberapa contoh di bidabg penelitian psikikal
Dalam tipikal khas pengalaman hantu, perubahan suhu sering terasa, sekitar atau sebelum, penampilan sesuatu yang berbau hantu. Panas (suhu) berhubungan lang-sung dengan jumlah infra-merah.
Matthew Manning ahli psikis Inggris, menjelaskan dalam bukunya "The Link", ke tika ia sedang tidur di asrama sekolah, kegiatan "poltergeist / arwah yang ramai" akan terjadi. Kemudian pada satu kesempatan lingkaran merah besar muncul di dinding, dan menjadi sangat panas. Ini ternyata adalah salah satu cara untuk menarik perhatian, yang digunakan oleh arwah seorang gadis yang telah me-ninggal lima puluh tahun sebelumnya, dalam keadaan tragis. Kesimpulan yang jelas adalah bahwa lingkaran merah yang menjadi panas adalah konsentrasi infra-merah.


ONTOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Menurut Line (1989) tubuh jin tersusun dari spektrum elektro-magnetik infra-merah, sedangkan tubuh malaikat tersusun dari spektrum elektro-magnetik ultra violet. Kedua spektrum tersebut invisible, tidak tampak. Jadi, jin dan malaikat digolonkan pada makhluk gaib. Kedua sifat tersebut tidak / belum dapat dibukti-kan kebenarannya secara sains, sehingga disebut pseudo sains. Oleh karena itu, anggapan / pendapat bahwa tubuh jin berasal dari infra-merah, dan tubuh malaikat dari ultra violet tidak harus diyakini (diimani), tetapi cukup diketahui.
Menurut ajaran Islam, jin dan malaikat benar adanya. Ini adalah sebuah dogma yang harus diyakini kebenarannya, tanpa harus dibuktikan secara ilmiah. Percaya terhadap yang gaib merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa, seperti Firman Allah pada QS Al Baqarah: 2—3 “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka”. Sementara meyakini adanya malaikat merupakan salah satu dari enam rukun iman dalam ajaran Islam.


EPISTEMOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Pengetahuan tentang jin dan malaikat dapat diperoleh melalui pendekatan sain-tifik, dan dogmatik.

A. Pendekatan Saintifik (Pseudo Sains)

Dalam sains (pseudo sains) sekurang-kurangnya ada enam pendekatan dalam memperoleh pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang jin dan malaikat. Pen-dekatan tersebut adalah: tenacity, intuisi, otoritas, rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah.
Di antara ke-enam pendekatan tersebut, metode ilmiah dianggap paling ba-ik dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tentang jin dan malaikat seperti yang dimuat dalam artikel Line (1989) tertera di atas, tentunya diperoleh melalui pendekatan metode ilmiah, misalnya melalui observasi, simulasi komputer, bah-kan mungkin melalui eksperimen.
Pendekatan lain yang erat kaitannya adalah tenacity, dan intuisi. Tenacity adalah pendekatan untuk memperoleh pengetahuan, dengan percaya kepada tak-hayul, yaitu sesuatu yang ada dalam khayalan belaka, atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap ada, tetapi sesungguhnya tidak ada. Pengetahuan atau ke-percayaan seperti: jika ada kucing hitam atau ular yang melintas jalan yang se-dang dilewati seseorang merupakan pertanda sial, adalah tenacity.
Intuisi merupakan pendekatan untuk memeperoleh pengetahuan dengan tanpa memikir, atau mempelajari; atau pengetahuan yang tidak didasarkan pada penalaran, atau penarikan kesimpulan.
Orang yang mengetahui tentang perkara yang gaib, seperti yang dikatakan orang jawa ”wong pinter, ngerti sak durunge winarah”, mengaku tahu tentang hal-hal yang akan terjadi, dapat berbicara dengan roh halus, yaitu dari kebanyakan paranormal, para dukun, dan peramal, memperoleh pengetahuan dengan tanpa menggunakan nalar tanpa berdasarkan kesimpulan, tetapi dengan ”nglakoni”. Paranormal, para dukun, dan peramal biasa melakukan ”tapa brata”, atau berse-medi, ”pasa mutih”, ”pasa ngrowot”, dan sebagainya.


B. Pendekatan Dogmatik

Jin (al-jinnu) berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna sararahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi,
jin itu disebut dengan “jin” karena keadaannya yang tersembunyi (gaib).
Jin diciptakan oleh Allah dari api. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (i) Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (QS Al-Hijr: 27); (ii) Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api (QS Ar-Rahman:15).
Bagaimana wujud api itu, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kepada kita untuk menelitinya secara detail.
Malaikat diciptakan dari cahaya (nur). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian (HR. Muslim dari ’Ais-yah radhiallahu 'anha).
Malaikat digambarkan memiliki sayap. Allah berfirman: Segala puji bagi Allah, pencipta langit dan bumi yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat (pasang); Allah menambahkan dalam ciptaan-Nya segala yang Ia kehendaki; sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segalanya (QS Fāthir:1).

Bagaimana sikap kita terhadap yang gaib?
Kita wajib percaya terhadap yang gaib. Tetapi, kita tidak boleh percaya kepada orang (paranormal, para dukun, dan peramal) yang mengakau tahu tentang perkara yang gaib.
Ada beberapa riwayat dalam Hadits, sebagai berikut.
Diriwayatkan dari ’Aisyah radhiallahu 'anha, dia berkata: Beberapa orang berta-nya kepada Rasulullah SAW. Tentang juru ramal, maka Rasulullah SAW bersab-da “para juru ramal (kahin, jamak kuhhan) itu tidak ada apa-apanya / tidak menger ti apa-apa”. Orang-orang bertanya: “Ya Rasulullah, mereka itu kadang-kadang memberitahukan sesuatu kemudian terbukti benar?” Rasulullah SAW bersabda: Itu adalah ucapan yang benar (dari langit) yang diperoleh jin, lalu ia bisikkan ke telinga manusia bagai kokok ayam, kemudian mereka campurkan dengan lebih dari seratus kedustaan (HR Bukhari, Muslim).
Diriwayatkan dari Shafiyyah (putri Abu ‘Ubaid) dari salah seorang isteri Nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa mendatangi juru ramal kemudian ber-tanya tentang sesuatu (yang akan terjadi), maka shalatnya tidak diterima sekama 40 malam (HR Muslim).
Barang siapa mendatangi dukun dan ia mempercayainya apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW (HR Abu Daud).
Hadits di atas berhubungan dengan Firman Allah sebagai berikut.
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui per-kara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan di-bangkitkan (QS An Naml: 65).
(Dia adalah Tuhan) Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memper-lihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu; Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya (QS Al Jin: 26—27).

AKSIOLOGI JIN DAN MALAIKAT

Pseudo sains tentang jin dan malaikat bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Sementara mengetahui lebih banyak tentang jin dan malaikat (hal-hal yang gaib) terutama melalui ajaran Islam, akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan se-seorang.
Dengan memahami sifat-sifat jin, kita dapat menghindar dari bisikan jin durhaka (setan) dengan meningkatkan ibadah, dan memohon perlindungan kepada Allah. Sementara memahai sifat-sifat malaikat kita dapat meneladani kepatuhan-nya kepada Allah, mengetahui tempat-tempat yang tidak disukai malaikat, dan meningkatkan keimanan.


KESIMPULAN

Dari kajian pseudo sains jin dan malaikat di atas, dapat ditarik kesimpulan se- bagai berikut.
Jin dan malaikat itu benar adanya; mereka tidak dapat dilihat, keberadaan mereka tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Pseudo sains tentang jin dan ma-laikat cukup diketahui, tidak harus diyakini. Mengenal sifat-sifat jin dapat meng-hindari hal-hal yang menyesatkan, sedangkan mengenal sifat-sifat malaikat dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.


REFERENSI

Assalamah. 2001. Al Qur’an dan terjemahannya (transliterasi Arab-Latin) model kanan kiri. Semarang: Tohaputra.

Az-Zabidi, I. 2002. Ringkasan hadis shahih Bukhari. Trans. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani.

Line, C. 1989. The Jinn from a scientific (?) viewpoint. Flying Saucer Review. 34 (4): 1—18.

Mundziri, I.A. 2003. Ringkasan shahih Muslim. Trans. Achmad Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani.

Selasa, 27 Oktober 2009

PENULISAN REFERENSI DAN BIBLIOGRAFI


Harsoyo Purnomo

Referensi dan bibliografi merupakan dokumen dalam penulisan karya ilmiah. Penggunaan istilah referensi atau bibliografi sebagai kepala (heading) bergantung pada tujuan penulisannya.


A. REFERENSI ATAU DAFTAR PUSTAKA

Referensi atau daftar pustaka, adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah yang ditulis, dan benar-benar dikutip dalam teks.


B. BIBLIOGRAFI

Bibliografi, adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah yang ditulis. Pustaka-pustaka yang terdapat dalam bibliografi adalah pustaka-pustaka yang benar-benar dipelajari pada saat merencanakan kegiatan ilmiah, atau penulisan karya ilmiah, tetapi tidak seluruhnya dikutip dalam teks. Demikian juga tidak semua pustaka yang mengandung materi yang sesuai dengan materi karya ilmiah dimasukkan ke dalam bibliografi (Turabian 1972).



PEDOMAN PENULISAN


A. GAYA PENULISAN

Meskipun banyak variasi dalam sistem penulisan daftar pustaka, di bidang akademik sesungguhnya hanya ada dua model dasar, yang pembagiannya didasarkan pada: humanities system, dan scientific system.
Humanities system digunakan dalam ilmu-ilmu humaniora—hukum, sejarah, bahasa dan sastra, kesenian, theologia, filologi, dan filosofi—sedangkan scientific system digunakan dalam bidang sains—ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu terapan—(Hubbuch 1985).
Pedoman cara penulisan dokumentasi (daftar pustaka) secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu: (i) pedoman umum; dan (ii) pedoman yang dikembangkan oleh organisasi profesi akademik. Menurut Hubbuch (1985), Warren (1985), dan Houp and Pearsall (1988), pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang digunakan sebagai pedoman umum ialah The Chicago Manual of Style (CMS) edisi ke-13 yang dipublikasikan oleh University of Chicago Press tahun 1982—sekarang dikembangkan menjadi The Chicago Manual of Style The Essential Guide for Writers, Editors, and Publishers 15th edition, tahun 2007—yang kemudian dikenal dengan istilah ”gaya CMS atau chicago” atau ”model chicago”. Gaya CMS atau chicago disebut sebagai pedoman umum, karena dapat digunakan oleh humanities system, maupun scientific system.
Pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang dikembangkan dan / atau di- gunakan oleh organisasi profesi akademik dalam scientific system—yang cukup terkenal, berstandar internasional dan digunakan secara luas—antara lain adalah gaya CMS, gaya CBE, gaya CSE, dan gaya APA.
Sementara pedoman penulisan dokumentasi yang digunakan pada humanities system selain CMS, antara lain adalah pedoman yang dipublikasikan oleh Modern Language Association (MLA). Modern Language Association menerbitkan dua pedoman penulisan yaitu: The MLA Handbook for Writers of Research Papers, dan MLA Style Manual and Guide to Scholarly Publishing.
Pengetahuan penulisan dokumentasi (daftar pustaka) berstandar internasional menjadi penting, jika seseorang akan menulis untuk jurnal ber-ISSN, buku ber-ISBN, jurnal interna-sional, atau karya ilmiah Indonesia lainnya agar penulisannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Gaya CMS
Gaya CMS atau gaya chicago mengacu pada The Chicago Manual of Style, 15th edition, yang dipublikasikan oleh University of Chicago Press (2003). Gaya CMS memiliki dua sistem penulisan daftar pustaka, yaitu sistem nama-dan-tahun (author-date-system), dan documentary-note. Gaya CMS digunakan dalam humanities system dan scientific system.

2. Gaya CBE
Gaya CBE mengacu pada CBE Style Manual a Guide for Author, Editors, and Publishers in the Biological Sciences yang dipublikasikan oleh CBE Style Manual Committee. 5th edition, revised and expanded (1983). Gaya CBE digunakan dalam bidang biologi.

3. Gaya CSE
CSE Style manual merupakan pengembangan dari CBE Style Manual. Pada tanggal 1 Januari 2000 the Council of Biology Editors (CBE) berubah menjadi the Council of Science Editors (CSE). Perubahan nama ini mencerminkan adanya perluasan keanggotaanya. Scientific Style and Format The CSE Manual for Authors, Editors, and Publishers, 7th edition (2006), memiliki tiga versi (sistem) penulisan daftar pustaka. Versi tersebut didasarkan pada sistem sitasi yaitu: sistem citation-name (C-N), citation-sequence (C-S), dan name-year (N-Y). Gaya CSE digunakan dalam bidang biologi, dan bidang sains lainnya.

4. Gaya APA
Gaya APA mengacu pada American Psychological Association, Publication Manual of the American Psychological Association. 5th edition (2001). Gaya APA digunakan dalam bidang psikologi, dan ilmu-ilmu sosial. Penulisan gaya APA hampir sama dengan gaya CMS Perbedaannya terletak pada penulisan tahun penerbitan—pada gaya APA tahun ditulis dalam tanda kurung—dan kata and (dan) diganti dengan simbol ampersand (&); untuk penulisan nama (nama-nama) author dengan sistem Harvard.


B. CARA PENULISAN

Informasi yang terdapat dalam sumber pustaka yang dimasukkan ke dalam penulisan dokumentasi (referensi dan bibliografi) adalah sebagai berikut.

1. Buku
  • Nama (nama-nama) author atau editor;
  • Judul (title) dan anak judul (subtitle)—jika ada;
  • Fakta publikasi yang meliputi: seri, nomor volume, nomor edisi, kota penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
2. Artikel dalam Jurnal
  • Nama (nama-nama) penulis artikel;
  • Judul dan anak judul—jika ada;
  • Fakta publikasi yang meliputi: nama periodikal—jurnal, majalah ilmiah—nomor volume dan nomor seri terbitan, nomor halaman artikel—dari awal sampai akhir—dan tahun publikasi.

C. CONTOH PENULISAN


1. Penulisan Nama Author
Di banyak negara, nama seseorang umumnya mengikuti susunan nama yang digunakan di Amerika Serikat, yang terdiri atas lebih dari satu unsur nama, yaitu nama kecil atau nama sendiri, diikuti nama keluarga (surname). Di Indonesia, nama seseorang dapat terdiri dari satu unsur nama, atau lebih. Nama belakang pada nama-nama Indonesia dapat berasal dari nama keluarga, nama tua, atau nama lainnya.
Penulisan nama dalam daftar pustaka menggunakan sisten susun balik. Nama keluarga atau nama lain yang terletak paling belakang (last name) dijadikan lema dan ditulis lebih dahulu (di depan), disertai oleh nama paling depan (first name) dalam bentuk initial, dan nama tengah (middle name) juga dalam bentuk initial.
Ada dua sistem penulisan nama dalam daftar pustaka, yaitu sistem Harvard, dan sistem Vancouver. Pada sistem Harvard, susun balik nama ini dilakukan untuk semua nama author—nama author pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, diikuti oleh first name, dan middle name dalam bentuk initial—sedangkan pada sistem Vancouver susun balik nama hanya dilakukan pada nama author pertama saja; nama author kedua, ketiga, dan seterusnya didahului oleh first name, dan middle name—jika ada—dalam bentuk initial (Rifai 1995).

2. Referensi dan Bibliografi
Berikut ini adalah contoh-contoh penulisan referensi (daftar pustaka) dan bibliografi menurut gaya CMS, CBE, CSE, dan APA, didasarkan pada sistem nama-dan-tahun (name-and-year system) untuk pengutipan (sitasi) dalam teks.

Buku cetak dengan author tunggal

CMS
Sagan, C. 1996. The demon-haunted world: science as candle in the dark. New York:Random House.

CBE
Sagan, C. The demon-haunted world: science as candle in the dark. New York: Random House; 1996.

CSE
Sagan C. 1996. The demon-haunted world: science as candle in the dark. New York: Random House; 457 p.

APA
Sagan, C. (1996). The demon-haunted world: science as candle in the dark. New York: Random House.

Baris pertama, kedua, dan seterusnya dari satu pustaka diberi jarak satu spasi vertikal; baris kedua dan seterusnya ditulis menjorok ke dalam (indentasi) dengan jarak 1,27 cm dari batas kiri. Antara pustaka yang satu dengan pustaka lainnya diberi jarak 1,5—2 spasi.
Untuk buku atau berbahasa Indonesia, susunannya menyesuaikan gaya yang diikuti, dengan tanpa mengubah tanda baca.

Buku dengan dua author

CMS
Ferrini, A.F. and R.L. Ferrini. 1993. Health in the later years. 2nd ed. Dubuque: Brown & Bench- mark.

CBE
Ferrini, A.F; Ferrini, R.L. Health in the later years. 2nd ed. Dubuque: Brown & Benchmark;1993.

CSE
Ferrini AF, Ferrini RL. 1993. Health in the later years. 2nd ed. Dubuque: Brown & Benchmark; 470 p.

APA
Ferrini, A.F. & Ferrini, R.L. (1993). Health in the later years. 2nd ed. Dubuque: Brown & Benchmark.

Buku dengan tiga author atau lebih, semua nama author ditulis. Tetapi, pada saat mengutip (sitasi) di dalam teks, nama author pertama saja yang ditulis, dengan menambahkan kata et al. (bukan dkk). Singkatan et al. berasal dari et alii = and other. Kata / singkatan et al. dipakai sebagai pengganti nama author kedua, ketiga, dan seterusnya.

Buku dengan editor

CMS
Gilman, A.G., T.W. Rall, A.S. Nies, and P. Taylor, editors. 1990. The pharmacological basis of therapeutics. 8th ed. New York: Pergamon.

CBE
Gilman, A.G.; Rall, T.W.; Nies, A.S.; Taylor, P., editors. The pharmacological basis of therapeutcs. 8th ed. New York: Pergamon; 1990.

CSE
Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P, editors. 1990. The pharmacological basis of therapeutics 8th ed. New York: Pergamon; 1881 p.

APA
Gilman, A.G., Rall, T.W., Nies, A.S., & Taylor, P, editors. (1990). The pharmacological basis of therapeutics. 8th ed. New York: Pergamon.

Buku dengan author, editor dan / atau translator

CMS
Luzikov, V.N. 1985. Mitochondrial biogenesis and breakdown. Galkin AV, translator; Roodyn DB, editor. New York: Consultants Bureau. Translator of: Regulatsiia formirovaniia Mitokhondrii.

CBE
Luzikov, V.N. Mitochondrial biogenesis and breakdown. New York: Consultants Bureau; 1985. Galkin AV, translator; Roodyn DB, editor. Translator of: Regulatsiia formirovaniia Mitokhondrii.

CSE
Luzikov VN. 1985. Mitochondrial biogenesis and breakdown. Galkin AV, translator; Roodyn DB, editor. New York: Consultants Bureau; 362 p. Translated from Regulatsiia formirovaniia Mitokhondrii.

APA
Luzikov, V.N. (1985). Mitochondrial biogenesis and breakdown. Galkin AV, translator; Roodyn DB, editor. New York: Consultants Bureau. Translator of: Regulatsiia formirovaniia Mitokhondrii.

Artikel dalam jurnal cetak

CMS
Jarrell, K.F., D.P. Bayley, J.D. Correia, and N.A. Thomas. 1999. Recent excitement about the archaea. Bio Science, 49 (7): 530—541.

CBE
Jarrell, K.F.; Bayley, D.P.; Correia, J.D.; Thomas, N.A. Recent excitement about the archaea. Bio Science; 49 (7): 530—541; 1999.

CSE
Jarrell KF, Bayley DP,Correia Jd, Thomas NA. 1999. Recent excitement about the archaea. Bio Science; 49 (7): 530—541.

APA
Jarrell, K.F., Bayley, D.P., Correia, J.D., & Thomas, N.A. (1999). Recent excitement about the archaea. Bio Science, 49 (7): 530—541.

Dalam penulisan pustaka tersebut, angka 49 adalah nomor volume jurnal; (7) adalah nomor seri penerbitan; dan 530—541 menyatakan dari halaman 530 sampai dengan halaman 541.

Artikel dalam surat kabar (newspaper)

CMS
Goleman, D. 1991. Battle of insurers vs. therapists: Cost control pitted against proper care. New York Times, June 5, pp. D1, D9.

CBE
Goleman, D. Battle of insurers vs. therapists: Cost control pitted against proper care. New York Times. 1991, June: D1 (col. 2), D9 (col. 1).

CSE
Goleman, D. 1991 June 5. Battle of insurers vs. therapists: Cost control pitted against proper care. New York Times: Pp. D1, D9.

APA
Goleman, D. (1991, June 5) Battle of insurers vs. therapists: Cost control pitted against proper care. New York Times, pp. D1, D9.

Artikel jurnal pada internet

CMS
Tripp, S., T. London, and D.T. Spend. 2005. Greeting the protein. J Growth 10 (9): 2022-2030. http://www. Growth.com/2005109/tripp.htm

CSE
Tripp S, London T, Spend DT. 2005. Greeting the protein. J Growth [Internet]. [revised 2006 Dec 1; cited 2007 Feb 20]; 10 (9): 2022—2030. Availabel from: http://www.Growth.com/ 2005109/tripp.htm

APA
Tripp, S., London, T., & Spend, D.T. (2005). Greeting the protein. J Growth 10 (9): 2022-2030. Retrieved Feb 5, 2007, from: http://www. Growth.com/2005 109/tripp.htm.

Informasi lain dari web sites

CMS
Stein, M. 2000. Climatic conditions around Greenland – 1998. NAFO Sci. Coun. Studies 33: 29--38. http://www.nafo.lnt/publications/frames/science. html.

CSE
Stein M. 2000. Climatic conditions around Greenland – 1998. NAFO Sci. Coun. Studies 33: 29--38. Available from http://www.nafo.lnt/publications/frames/ science.html. Accessed 2007 February 16.

APA
Stein, M. (2000). Climatic conditions around Greenland – 1998. NAFO Sci. Coun. Studies 33: 29--38. Retrieved February 16, 2007, from http:// www.nafo.lnt/publications/frames/science.html.

Jika author, atau lembaga, departemen, institusi yang dianngap sebagai author tidak dapat ditemukan atau tidak dapat ditentukan, suatu artikel / buku dapat dimasukkan ke dalam referensi (daftar pustaka) atau bibliografi dengan menyebutkan “Anonymous”—untuk buku atau pustaka berbahasa asing—atau Anonim—untuk buku atau pustaka berbahasa Indonesia.
Untuk pengutipan di dalam teks, Anonymous dan Anonim disingkat Anon. Jika di dalam daftar pustaka terdapat serangkaian pustaka dengan author sama, maka penulisannya diurutkan sesuai dengan urutan tahunnya. Nama author yang sama dengan nama di atasnya diganti dengan tiga tanda pisah (―――) tanpa spasi, atau enam tanda hubung (------).
Apabila author / penulis memublikasikan lebih dari satu karya ilmiah pada tahun yg sama, maka penulisannya disusun secara alfabetis (urut abjad) menurut huruf pertama judulnya, tanpa memerhatikan—“the” dan “a”—dan karya ilmiah tersebut dibedakan dengan membubuhkan huruf “a” setelah tahun penerbitan untuk karya ilmiah yang pertama, dan huruf “b” untuk karya ilmiah yang kedua, dan sterusnya. Jika huruf pertama dari judulnya sama, maka urutan abjad didasarkan pada huruf kedua, dan seterusnya.

Smith, B.C., and A.W. Weinberg. 1997a. The effect of pollution on the fish . . . .

------. 1997b. Pollutant in the great lakes . . . .


D. IKHTISAR

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka, agar daftar pustaka memenuhi kriteria sebagai bentuk komunikasi ilmiah.
  • Penulisan daftar pustaka merupakan bentuk stenografis (shorthand) yang penuh kode-kode dalam penempatan informasi, dan penggunaan tanda baca—titik, titik dua, titik koma, koma, tanda hubung, dan sebagainya—yang masing-masing me-miliki arti tersendiri.
  • Penulisan daftar pustaka menurut gaya: CMS, CBE, CSE, dan APA, huruf pertama pada setiap kata dalam judul buku, dan judul artikel ditulis dengan huruf kecil (lower-case) kecuali: huruf pertama pada kata yang mengawali judul, na-ma organisme, nama diri, lembaga resmi, ketatanegaraan, dokumen resmi, kitab suci, serta kata-kata yang menurut ejaan bahasa Indonesia yang disem-purnakan—untuk judul berbahasa Indonesia—memang harus ditulis dengan hu-ruf kapital. Untuk nama jurnal huruf pertama semua kata-kata mayor ditulis dengan huruf kapital.
  • Tetapi, apabila judul buku dan judul artikel ditulis di dalam teks atau naskah, maka huruf pertama semua kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata-kata: di, ke, dari, dan, yang, untuk—atau kata-kata lain yang menurut ejaan baha-sa Indonesia yang disempurnakan memang harus ditulis dengan huruf kecil—dan ditulis dengan huruf italik.
  • Jika penulis telah memilih sistem dokumentasi atau gaya penulisan yang sesuai dengan subjek penulisannya, maka ia harus mengikuti bentuk spesifik secara pasti. Tidak dibenarkan seorang penulis menggunakan gaya campuran dalam satu re erensi atau daftar pustaka, apa lagi mengombinasikannya.


BIBLIOGRAFI

American Psychological Association. 2001. Publication manual of the American Psychological Association. 5th ed. Washington,DC: Author. http://books.apa. org/books.cfm?id= 4200061.

CBE Style Manual Committee. 1983. CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological sciences. 5th ed. rev. and expanded. Bethesda, MD: Council of Biology Editors, Inc.

Chicago Editorial Staff. 2007. The chicago manual of style The essensial guide for writers editors and publishers. 15th ed. Chicago: University of Chicago Press. http://www. chicagomanualofstyle.org/

Dewey, R. 2008. APA research style crib sheet. http://72.14.235.104/ search? q=ca che:YM_ NmypN(NAJ:www.wooster.edu/psycholo...

Houp, K.W., and T.E. Pearsall. 1988. Reporting technical information. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Hubbuch, S.M. 1985. Writing research papers across the curriculum. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Karl E. Mundt Library 2008. CSE citation style examples. http://72.14.235.104/search?q=cache:WqRI4n9K2KOJ:www.depsrtment. dsu.edu/libr…

Library.austincc.edu. 2009. CSE documentation (formly CBE). http://library.austincc.edu/help /CBE/CBE-ny.htm.

MCC Libraries. 2008. The council of biology editor (CBE) style of documentation in science and mathematics. http://72.14.235.104/search?q=cache:0tMkwDXp w5UJ:www.monroecc. edu/ depts./libr…

Rivai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Style Manual Committee Council of Science Editors. 2006. Scientific style and format The CSE manual for authors, editors, and publishers. 7th ed. Reston, VA: Council of Science Editors. http://www.councilscienceeditors.org.cfm.

The Chcago Manual of Style. 2009. Bibliografic format for reference based on the chicago manual of style. 15th ed. 2003. http://209.85.175.104/search?q=ca che:qpNmMEDqhz4j: www.libs.uga.edu/ref/chicago

Warren, T.L. 1985. Technical writing: purpose, process, and form. California: Wadsworth Publishing Company.

Senin, 26 Oktober 2009

METODE PENULISAN
KARYA ILMIAH


Harsoyo Purnomo



A. PENDAHULUAN

Karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah hasil pemikiran dan / atau hasil peneli-tian yang ditulis berdasarkan metode ilmiah. Metode ilmiah dalam penulisan kar-ya ilmiah adalah metode penulisan yang di dalamnya tercakup butir-butir sebagai berikut.


1. Permasalahan
Masalah yang akan dicari pemecahannya diidentifikasi, dipilih, kemudian dirumus
kan, termasuk menentukan tujuan pemecahan permasalahan/tujuan penulisan. Ma-salah yang dipilih diberi judul yang mampu merefleksikan isi naskah.


2. Mengapa Kegiatan (Penulisan) Ilmiah Dilakukan
Butir ini memuat latar belakang teoritis dan historis, serta unsur justifikasi, bahwa permasalahan yang akan ditulis atau dicari pemecahannya memang dianggap pen-ting, menarik, dan perlu.


3. Metode Kerja
Metode kerja dimulai dengan mengumpulkan informasi dari bahan pustaka, mem-beri pengarahan melalui pernyataan hipotesis, dan mengumpulkan data primer / sekunder melalui eksperimen atau sumber lain.


4. Interpretasi Data
Informasi atau data yang dikumpulkan dianalisis, diinterpretasi, dan dievaluasi melalui pembahasan, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Tipe yang paling umum dari karya ilmiah adalah “laporan formal”; di sam-ping terdapat tipe lain seperti: textbook, handbook, dan manual. Laporan formal, laporan informasi teknik, atau laporan teknik—istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian—didefinisikan sebagai deskripsi suatu informasi / penge-tahuan yang berkaitan dengan sains, teknologi atau seni tertentu, yang diperoleh dari pengalaman, observasi, atau penelitian. Dalam laporan formal, penulis ditun-tut untuk mengadakan analisis, evaluasi, dan interpretasi terhadap informasi yang dikumpulkan, kemudian menarik kesimpulan.
Berdasarkan apa dan bagaimana mengomunikasikannya, laporan formal dapat dibedakan menjadi antara lain: artikel dalam jurnal atau majalah ilmiah, la-poran penelitian perpustakaan (library research / research paper), laporan studi ke-layakan (feasibility report), laporan riset empiris (empirical research report), dan laporan formal yang dipersyaratkan sebagai kelengkapan kebulatan studi dan / atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan seperti: tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi.


B. ELEMEN FORMAL KARYA ILMIAH

Elemen-elemen formal yang terdapat dalam karya ilmiah umumnya adalah sebagai berikut.
o Judul
o Baris Kepemilikan (By-line)
o Prakata atau Kata Pengantar
o Daftar Isi
o Daftar Tabel
o Daftar Ilustrasi
o Abstrak
o Pendahuluan
o Tinjauan Pustaka
o Material dan Metode
o Hasil dan Analisis Hasil
o Diskusi atau Pembahasan
o Konklusi dan Rekomendasi
o Dokumentasi (Bibliografi dan Referensi)
o Lampiran

Variasi mengenai elemen-elemen tertera di atas selalu ada, dan tidak mungkin dihindarkan, karena pedoman penulisan karya ilmiah memang bukan suatu harga mati. Akan tetapi perlu diperhatikan, hendaknya jangan sampai terjadi penyalah-gunaan terhadap adanya kelonggaran ini.
Kebanyakan artikel dalam jurnal ilmiah terbagi dalam enam bagian utana yaitu: (i) abstrak; (ii) pendahuluan; (iii) material dan metode; (iv) hasil dan pembahasan (v) kesimpulan; (vi) daftar pustaka.

1. Judul
Judul berfungsi memberikan informasi kepada pebaca mengenai isi naskah karya ilmiah. Oleh karena itu judul harus dapat emberikan penjelasan pada saat berdiri sendiri. Sebagai pernyataan isi naskah, judul juga dapat digunakan sebagai indeks dalam publikasi ilmiah. Judul yang baik mudah diringkas menjadi judul yang pen-dek sebagai judul pelari (running head) yang biasa dugunakan untuk tujuan editorial dan pencetakan.
Judul konvensional biasnya lebih bersifat indikatif—menyatakan subjek—daripada informatif—menyatakan kesimpulan. Mencoba menyusun judul informatif merupakan uji efektif apakah penelitian yang dilaporkan telah mengarah kepada kesimpulan yang tepat. Judul informatif mungkin akhirnya direvisi menjadi judul indikatif, karena banyak jurnal yang tidak menggunakan judul informatif.
Beberapa kriteria berikut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun judul.
  • Judul harus menyatakan secara jelas isi naskah;
  • Judul harus sama persis dengan topik utama karya ilmiah yang ditulis;
  • Menggunakan kata-kata atau istilah Indonesia yang dikenal, dan mudah dipahami oleh pembaca;
  • Judul hendaknya pendek atau ringkas, panjang judul maksimum 15 patah kata;
  • Hindari penggunaan kata-kata seperti: tinjauan tentang . . . .; studi tentang ....; kajian tentang . . . .; dan yang sejenisnya. Kata-kata tersebut meskipun sifatnya umum, tetapi dianggap mubadzir dan hanya akan memperpanjang judul;
  • Hindari penggunaan anak judul (subtitle);
  • Hindari penggunaan kata kerja, karena judul bukan suatu kalimat atau head-line;
  • Hindari penggunaan singkatan-singkatan yang tidak lazim;
  • Hindari penggunaan angka atau simbol-simbol yang kopleks; judul secara teknis hendaknya informatif, tidak misterius;
  • Judul dapat memuat nama ilmiah organisme yang belum dikenal secara luas.
Cara efektif untuk menyusun judul ialah memulai dengan kata-kata kunci (key word) yang menunjukkan aspek utama isi karya ilmiah, kemudian dirangkaikan dengan kata-kata lain yang tepat. Jika ditulis dalam teks, huruf pertama dari setiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata penghubung, kata depan, dan kata sandang.

2. Baris Kepemilikan (By-line)
Baris kepemilikan banyak digunakan dalam penulisan artikel untuk jurnal ilmiah, atau makalah untuk forum akademik. Baris kepemilikan terdiri dari dua bagian, yaitu nama (nama-nama) author dan afiliasi institusional.
Penulis (author) adalah seseorang yang membuat pertanggungjawaban secara intelektual mengenai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya dalam bentuk lsporan formal. Oleh karena itu yang dicantumkan sebagai author hanyalah nama orang yang benar-benar berpartisipasi secara material dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan. Author senior yang secara historis ditulis pada urutan pertama, hendaknya orang yang telah memberikan sumbangan paling besar dalam memecahkan masalah, bukan orang yang lebih banyak bekerja menulis naskah. Dalam karya ilmiah, sebutan jabatan akademik / fungsional atau gelar kesarjanaan biasanya tidak dicantumkan.
Banyak ilmuwan beranggapan, bahwa menyantumkan nama orang yang tidak benar-benar terlibat dalam penulisan karya ilmiah adalah tidak etis. Penyantuman nama atasan sebagai supervisor atau nama kepala lembaga tempat di mana penulis bekerja adalah tidak perlu.
Nama institusi atau departemen ditulis beserta alamat pos, termasuk kode posnya atau alamat e-mail. Jika author tidak lama tinggal pada institusi di mana penelitian dilakukan, hendaknya dicantumkan alamat terakhir, untuk keperluan korespondensi atau permohonan cetak ulang.

3. Prakata atau Kata Pengantar
Prakata atau kata pengantar memuat informasi mengenai hal-hal yang medahului pelaksanaan penulisan atau kegiatan ilmiah yang dilakukan, bukan informasi mengenai penulisan itu sendiri. Dapat juga berisi penjelasan penulis mengapa penulisan itu dilakukan, gagasan yang melatarbelakangi penulisan, dan harapan penulis mengenai manfaat atau kegunaan karya ilmiah yang ditulis.
Prakata atau kata pengantar biasanya juga memuat ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan mulai dari persiapan penulisan, sampai selesainya penulisan. Apabila diperlukan ucapan terima kasih, maka terima kasih hanya disampaikan kepada pihak-pihak yang benar-benar membantu secara intelektual, dan ditulis secara urut mulai dari yang paling besar bantuannya.
Dalam kata pengantar sebaiknya tidak dimasukkan kata-kata atau kalimat yang justru dapat menurunkan bobot isi tulisan, atau membuat pembaca menjadi ragu atau tidak yakin dengan isi naskah; misalnya dengan menyatakan: “penulis menyadari, atau penulis yakin bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, atau banyak kesalahan”, atau kata-kata lain yang sejenis. Demikian juga, mengharap kritik dari pembaca sebaiknya tidak perlu, kecuali karya publikasi—yang bersifat komersial—yang setiap saat atau setiap penerbitan dapat di-revisi.
Pemakaian istilah prakata atau kata pengantar, sesungguhnya hanya me-nyangkut soal selera. Meskipun demikian, seara praktis terdapat perbedaan. Kalau prakata lazim ditulis oleh author karya ilmiah, maka kata pengantar selain ditulis oleh author, dapat juga ditulis oleh orang lain, misalnya atasan penulis atau spon sor.

4. Daftar Isi
Daftar isi adalah kerangka garis besar karya ilmiah beserta nomor halamannya. Materi yang dimasukkan ke dalam daftar isi adalah kepala (heading) yang tepat yang memperlihatkan seluruh isi tubuh karya ilmiah, dapat juga dilengkapi de-ngan kepala level ke-2, dan kepala level ke-3.
Halaman pada elemen pendahuluan (preliminary elemen) mulai dari halaman judul sampai daftar lampiran, diberi nomor dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv, dan seterusnya). Halaman judul dan halaman persetujuan tidak dimasukkan ke dalam daftar isi; daftar isi dimulai dari kata pengantar.
Halaman elemen utama dan elemen akhir, dari pendahuluan sampai de-ngan lampiran diberi nomor dengan angka arab (arabic numeral).

5. Daftar Tabel
Jika di dalam karya ilmiah terdapat banyak tabel, maka setelah daftar isi, disediakan halaman khusus yang memuat judul tabel beserta nomor halamannya. Tetapi jika hanya terdapat satu atau dua tabel, maka daftar tabel tidak diperlukan.

6. Daftar Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya ilmiah meliputi: foto; gambar / gambar garis; grafik; diagram—diagram lingkaran, diagram kotak, diagram alir, diagram batang, atau diagram balok—bagan; peta; dan denah.
Seperti halnya daftar tabel, jika hanya terdapat satu atau dua ilustrasi maka tidak diperlukan daftar ilustrasi. Daftar ilustrasi memuat nama ilustrasi beserta nomor halamannya. Mengenai berapa jumlah minimal tabel atau ilustrasi yang perlu dibuatkan daftar, bergantung pada pertimbangan atau “rasa” dari penulis.

7. Abstrak (Intisari)
Abstrak—abstrak informatif—bukan merupakan bagian integral suatu karya ilmiah, melainkan merupakan tambahan yang berisi ikhtisar informasi kunci yang terdapat di dalam naskah, yang dimaksudkan untuk menyampaikan isi karya ilmiah secara singkat.
Abstrak mengikhtisarkan argumen mayor dan memberikan data pokok serta kesimpulan yang oleh penulis (author) dianggap sangat diperlukan oleh pembaca. Abstrak informatif yang baik sukar ditulis; secara ekstrem, yang satu kekurangan informasi, yang lain terlalu rinci. Memilih materi untuk abstrak harus mengingat bahwa abstrak harus mampu berdiri sendiri. Pada kenyataannya bagi pembaca yang sibuk, abstrak dianggap sebagai pengganti seluruh isi naskah karya ilmiah. Oleh karena itu harus cukup mengandung informasi untuk memenuhi maksud tersebut.
Abstrak karya ilmiah hasil penelitian memuat iformasi singkat mengenai hal-hal berikut.
  • Ikhtisar masalah utama;
  • Tujuan kegiatan ilmiah (penelitian);
  • Material—subjek, bahan, dan alat yang digunakan termasuk maksud penggunaannya—metode, teknik observasi dan interpretasi data, serta aplikasi baru dari teknik dan peralatan standar;
  • Hasil, makna hasil—termasuk tingkat beda nyata statistik—dan kesimpulan.
Abstrak biasanya ditulis dengan cara yang berbeda dengan penulisan naskah, baik tipe huruf, dan / atau ukuran huruf yang digunakan, spasi, format, dan bahasa. Panjang abstrak antara 75 dan 250 kata.
Sementara, informasi yang terdapat di dalam abstrak karya ilmiah kajian pustaka, atau karya ilmiah yang berrsifat teoritis adalah sebagai berikut.
  • Topik yang diliput;
  • Tesis / sentral tesis;
  • Sumber yang digunakan (observasi personal, bahan pustaka yang dipublikasi-kan, atau tinjauan hasil penelitian terdahulu);
  • Kesimpulan.
Panjang abstrak karya ilmiah kajian pustaka, atau karya ilmiah yang bersifat teoritis antara 75 dan 100 kata. Perlu diingat bahwa abstrak adalah ringkas, akurat, mudah dipahami, dan informatif.

8. Pendahuluan
Pendahuluan (introduction) merupakan tempat yang sebaik-baiknya bagi penulis untuk membeberkan rencana keseluruhan karya ilmiahnya kepada pembaca. Melalui pendahuluan, pembaca dituntun secara perlahan-lahan tetapi tepat ke arah pemikiran yang logis, mengenai penulisan karya ilmiah yang dilakukan oleh penulis.
Pendahuluan memuat informasi-informasi sebagai berikut.

a. Identifikasi Subjek
Subjek / topik yang menjadi kajian utama hendaknya dinyatakan dengan menarik dan jelas serta selekas mungkin di dalam pendahuluan, diutamakan pada kalimat pertama.

b. Latar Belakang Teoritis dan Historis
Dalam kaitannya dengan teori, bagian ini menjelaskan pokok permasalahan secara teoritis, asal mulanya, mengikhtisarkan argumen yang relevan dengan data, dan menunjukkan bagaimana hubungan antara rancangan percobaan dan hipotesis terhadap pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya. Di samping itu dapat juga menjelaskan bagaimana hubungan rasional dan logika antara permasalahan dan maksud kegiatan ilmiah yang dilakukan, bagaimana implikasi teoritis kegiatan ilmiah yang dilakukan, dan bagaimana hubungannya dengan hasil penelitian terdahulu. Jika mungkin dengan sitasi pustaka yang tepat, pendek, dan ringkas, serta benar-benar relevan dengan tujuan penulisan karya ilmiah. Tunjukkan kontinuitas logis antara kegiatan ilmiah terdahulu dengan sekarang.
Latar belakang teoritis dan historis (theoretical and historical background) secara keseluruhan memberikan gambaran situasi yang mendorong penulis untuk melakukan kegiatan penulisan / penelitian.

c. Pernyataan Hipotesis
Bagi karya ilmiah hasil penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris; atau jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Hipotesis memberikan alasan pemikiran perlunya dilakukan kegiatan ilmiah / penelitian.

d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup memberi batasan permasalahan yang akan dicari pemecahannya, kedalaman studi, luasnya perlakuan, dan faktor-faktor yang harus dimasukkan, atau ditinggalkan. Pembatasan masalah biasanya dinyatakan dengan rumusan permasalahan, yang didefinisikan sebagai kalimat tanya yang menghubungkan dua variabel. Oleh karena itu, rumusan permasalahan hendaknya ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau pertanyaan; padat dan jelas. Rumusan permasalahan harus dapat memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengum-pulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut secara empiris.
Ada juga yang berpendapat, bahwa rumusan permasalahan tidak harus ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan (interogatif), tetapi dapat juga ditulis da-am bentuk kalimat pernyataan (deklaratif). Hanya saja, jika rumusan permasalahan ditulis dalam bentuk pertanyaan, akan lebih mudah pemecahannya, sebab jawaban pertanyaan itulah pemecahannya.

e. Tujuan yang Akan Dicapai
Tujuan penulisan menerangkan secara singkat dan spesifik mengenai tujuan yang akan dicapai oleh penulis / peneliti melalui kegiatan yang dilakukan. Tujuan hendaknya realistis dan mudah dicapai. Tujuan disesuaikan dengan perumusan permasalahan.

f. Metode yang Digunakan
Bagian ini memberikan penjelasan singkat mengenai metode yang digunakan, dan jika dianggap perlu hendaknya dikemukakan alasan pemilihan metode tersebut. Perlu diingat bahwa pendahuluan tidak dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian yang dilakukan oleh penulis / peneliti. Jika pembaca mengetahui bidang yang bersangkutan, pentingnya kegiatan ilmiah / penelitian tersebut akan mudah dimengerti.

9. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau telaah pustaka bertujuan untuk memperoleh informasi mutakhir mengenai subjek yang dipilih, atau untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan dikaji pernah diteliti / dikaji sebelumnya, untuk mencari data hasil penelitian terdahulu yang relevan, mencari teori-teori, konsep-konsep, dan metode mutakhir. Oleh karena itu, pustaka-pustaka yang akan ditelaah hendaknya pustaka-pustaka yang memuat hasil pemikiran dan / atau penelitian mutakhir--sepuluh tahun terakhir--yang sesuai dengan subjek yang akan dikaji, yang berupa: jurnal atau majalah ilmiah, laporan penelitian, makalah untuk forum akademik, dan yang sejenis, serta sumber lain dari media elektronika seperti internet dan sebagainya, yang dapat dijadikan dasar pembahasan, dan mendukung pendapat penulis.
Dalam mengutip informasi atau hasil penelitian terdahulu, jangan membuat review lengkap, tetapi kutip saja bagian yang dikaji secara tepat, hindari penyimpangan dari yang diacu, dan sebutkan sumbernya. Pustaka yang tepat harus menuntun secara langsung ke masalah yang dikaji, dan oleh karenanya menunjukkan kontinuitas antara subjek yang dikaji / diteliti dengan hasil penelitian terda-hulu.
Ada dua macam kutipan, yaitu: kutipan langsung, dan kutipan tidak langsung.

a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-katanya, ejaan, kapitalisasi, maupun mengenai penggunaan tanda bacanya.
Kutipan pendek kurang dari lima baris, dimasukkan ke dalam teks, dengan memberi tanda petik ganda pada awal dan akhir kutipan (“…”), dan menyebutkan sumbernya.
Kutipan yang terdiri atas lima baris atau lebih, ditulis dengan jarak 1 spasi vertikal, menjorok ke dalam (indentasi) dengan jarak satu default tab stop (1,27 cm) dari batas kiri. Pada awal dan akhir kutipan diberi tanda petik ganda, dan menyebutkan sumbernya.
Apabila ada bagian kalimat yang dihilangkan, maka bagian tersebut digan-ti dengan tanda elipsis (…). Jika yang dihilangkan adalah bagian akhir dari kutip-an, maka selain diganti dengan tanda elipsis, juga ditambah tanda titik, sebagai tanda mengakhiri kalimat / kutipan. Dengan demikian terdapat empat tanda titik (….). Pada awal dan akhir kutipan juga diberi tanda petik ganda.

b. Kutipan Tidak Langsung (Paraphrase)
Kutipan tidak langsung tidak terikat oleh susunan kata-kata, ejaan, kapitalisasi, maupun penggunaan tanda baca dari bahan yang dikutip. Pengutip diperbolehkan mengutip isi bahan yang dikutip, kemudian menulis kembali dengan bahasanya sendiri, dengan ketentuan, sedikit pun tidak boleh merubah makna dari bahan yang dikutip. Kutipan tidak langsung tidak diberi tanda petik ganda.

c. Cara Penyebutan Sumber
Ada beberapa cara penyebutan sumber, yaitu sistem nomor, catatan kaki, dan sistem nama-dan-tahun (name-and-year system). Dari ketiga sistem tersebut yang paling lazim adalah sistem nama-dan-tahun. Kelebihan sistem ini, kecuali dapat secara langsung menginformasikan mengenai pustaka yang diacu, yaitu nama author dan tahun penerbitannya, juga menunjukkan apakah penulis “keep up” terhadap puataka yang diacu.

Contoh:
Pustaka dengan satu author:
Purnomo (2000) …. atau … (Purnomo 2000).
Pustaka dengan dua author:
Krisnamurthi dan Fausia (2005) …. atau
… (Krisnamurthi dan Fausia 2005).
Pustaka dengan tiga author atau lebih:
Pustaka dengan tiga author atau lebih, pada daftar pustaka atau referensi semua nama ditulis. Tetapi, dalam sitasi hanya nama pertama yang ditulis dengan menambahkan et al. (huruf romawi, bukan italik). Kata et al. berasal dari kata et alii yang berarti “dan yang lain” (and other), digunakan untuk menggantikan nama author kedua dan seterusnya.

Purnomo et al. (1998) …. atau … (Purnomo et al. 1998).
Mengutip dari kutipan:
Menurut Koller (1972, dalam Aldrich, 1984) …. atau
Menurut Koller (1972, dikutip oleh Aldrich, 1984) ….

Ada banyak jurnal yang membubuhkan tanda koma (,) di antara nama author dan tahun penerbitan—(Bellrose, 1990); (Bellrose and Lowe, 1995). Di samping itu ada juga yang memasukkan nomor halaman dari teks yang dikutip—(Benson 2000, p. 16—25); (Wilson et al. 2000, p. 119); (Purnomo 2005: 20—25).

10. Material dan Metode
Dalam eksperimen, material dan metode, termasuk rancangan eksperimennya hendaknya diuraikan secara rinci. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada ilmuwan lain mengadakan evaluasi atau duplikasi.

a. Material.
Material meliputi: subjek—tumbuhan, hewan, atau manusia—bahan, dan alat.

1). Subjek
Subjek dapat berupa tumbuhan, hewan, dan manusia. Jika digunakan tumbuhan , sebutkan nama ilmiahnya, jumlah, karakteristiknya, dan bagaimana cara memperoleh atau seleksinya. Jika digunakan hewan, genus, spesies, jumlah strain, asal, dan ciri karakteristiknya—jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi fisiol-gisnya—harus dirinci. Hindari detail yang tidak penting.

2). Bahan
Bahan dapat berupa obat-obatan, bahan kimia, ekstrak jaringan, enzim, hormon, dan sebagainya. Jika digunakan bahan yang sangat spesifik, uraikan dengan jelas merk dagangnya, pabrik pembuatnya, cara penggunaannya, penyalurannya, dan jalur administrasinya.

3). Alat yang Digunakan
Peralatan yang digunakan juga harus dideskripsikan secara rinci mengenai nama, tingkat ketelitian, jika perlu merk dagang, pabrik pembuatnya, dan spesifikasinya. Bagi alat-alat yang kompleks, apabila memungkinkan dapat disertakan gambar, diagram, atau fotonya.

b. Metode
Untuk memudahkan deskripsi, metode dapat dibagi menjadi subseksi: rancangan percobaan (experimental design), prosedur, metode observasi, dan interpretasi data.

1). Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan atau desain eksperimental adalah semua proses yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan percobaan. Rancangan percobaan meliputi: desain yang digunakan, ciri-ciri yang akan dianalisis, faktor-faktor yang mempengaruhi, variabel yang akan diukur, bagaimana perlakuannya, berapa kali replikasinya, bagaimana denah atau lay-out percobaannya, analisis dan model sta-tistik yang digunakan.

2). Prosedur
Prosedur menjelaskan kepada pembaca tahap demi tahap jalannya penelitian dari awal sampai akhir. Penjelasan harus lengkap; tetapi perlu diingat bahwa laporan ditujukan kepada pembaca yang ekspert. Jika prosedur dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan, tidak diperlukan deskripsi secara rinci.

3). Observasi dan Interpretasi Data
Bagian ini menerangkan bagaimana mengobservasi material selama penelitian, dan bagaimana menginterpretasi hasilnya. Jika menggunakan metode yang sudah banyak dikenal tanpa modifikasi, sebutkan nama metodenya saja, dan kutip pustaka yang memuatnya. Tetapi, jika dilakukan modifikasi dari metode yang terdahulu, harus dijelaskan bagaimana modifikasinya. Demikia juga harus dijelaskan jika menggunakan metode statistik yang tidak lazim.

11. Hasil dan Analisis Hasil
Karena hasil penelitian akan menjawab pertanyaan peneliti, maka hasil menjadi bagian penting dari laporan ilmiah. Hasil dimulai dengan pandangan umum mengenai apa yang dikaji. Kalimat pertama atau kedua dari deskripsi hasil hendaknya seperti teras berita (lead) pada surat kabar—ringkas, jelas hanya berisi pokok peristiwa, fakta paling penting, paling menarik—di mana titik utama hasil cepat dikemukakan. Kemudian diikuti paragraf berikutnya secara rinci, dalam rangkaian yang secara logis mendukung (atau data yang menentang) hipotesis, atau menjawab pertanyaan yang dinyatakan dalam pendahuluan.
Jika memungkinkan dapat ditampilkan tabel, grafik, gambar, dan foto. Data dan ilustrasi yang dimasukkan harus tepat dengan subjek karya ilmiah / laporan penelitian. Data numerik yang disajikan dalam tabel tidak memerlukan penjelasan dalam teks, kecuali nilai rata-rata kelompok data mungkin perlu dinyatakan kembali dalam teks, untuk memberikan penekanan bukti di mana kesimpulan di dasarkan.
Penarikan kesimpulan dari data numerik hendaknya didukung dengan pernyataan singkat kriteria statistik yang digunakan untuk analisis dan evaluasi. Dalam menulis hasil tidak setiap hal harus dimasukkan, kecuali jika dalam kajian digunakan subjek tunggal.
Pada waktu menganalisis hasil, formula statistik tidak dimasukkan, kecuali jika uji statistik yang digunakan adalah model baru, unik, atau dalam beberapa hal tidak bersifat standar, dan tidak lazim digunakan.
Hasil yang diketahui cacat karena kesalahan, seringkali dibuang. Akan tetapi jika ada keraguan mengenai sumber kesalahan, hasil hendaknya tetap digunakan dengan menyebutkan—tanpa permintaan maaf—adanya kesalahan. Lagipula di sini detail harus adekuat, karena pembaca mengharap akan mempero-leh infor-masi teknis yang tepat.

12. Diskusi atau Pembahasan
Pembahasan adalah bagian karya ilmiah yang merupakan mata rantai yang menghubungkan data hasil penelitian sebagai fakta, dengan kesimpulan yang ditarik oleh penulis atau peneliti. Dalam pembahasan pembaca dituntun melalui suatu penalaran yang logis dan akseptabel untuk sampai kepada kesimpulan yang sehat.
Perlu diingat oleh penulis, jangan sampai dalam pembahasan ini penulis mengemukakan penalarannya dengan kata-kata yang bernada menyombongkan diri, atau dengan kata-kata yang oleh pembaca dapat dirasakan sebagai sesuatu yang memandang rendah kemampuan pembaca; misalnya uraian yang panjang lebar atau diulang-ulang mengenai hal yang sangat sederhana dan jelas mudah dipahami. Lagipula harus diingat, bahwa belum tentu pembaca sepaham dengan penulis, dan menerima semua konsepsi yang penulis ajukan. Oleh karena itu dalam menyajikan bagian ini perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya kritik, tentangan atau tantangan. Melalui argumentasi yang tidak diduga oleh penulis, mungkin dari data hasil penelitian itu dapat ditunjukkan dan dibuktikan hal-hal yang berlawanan dengan yang dibuktikan oleh penulis.
Komponen utama yang perlu dikemukakan dalam pembahasan antara lain sebagai berikut.
  • Interpretasi—pendapat atau pandangan teoritis—dan evaluasi peneliti terhadap hasil penelitian;
  • Penjelasan apakah hipotesis yang dikemukakan dalam pendahuluan telah da- pat dibuktikan;
  • Penjelasan apakah berdasarkan hasil penelitian permasalahan telah terjawab atau telah dapat terpecahkan;
  • Penjelasan apakah tujuan penelitian telah dapat dicapai;
  • Apakah hasil penelitian telah menjawab pertanyaan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian;
  • Penjelasan mengenai hubungan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti dengan hasil penelitian terdahulu, termasuk pembahasan penemuan terdahulu oleh peneliti lain, apakah sesuai atau tidak sesuai;
  • Alasan yang kuat apabila terdapat ketidaksesuaian atau perbedaan antara hasil penelitian atau penemuan peneliti, dengan hasil penelitian terdahulu.
Jika terdapat keraguan mengenai hasil, hasil yang cacat, hasil yang tidak mendukung hipotesis, harus dijelaskan mengapa, apa sebabnya; apakah metode penelitiannya yang cacat, apakah dapat diperbaiki, dan sebagainya, sehingga pembaca benar-benar memperoleh informasi yang lengkap, dan tepat atau akurat.

13. Konklusi dan Rekomendasi
Konklusi (kesimpulan) adalah pernyataan pendapat yang dibuat berdasarkan fakta hasil penelitian, dan / atau premisum melalui penarikan kesimpulan (inference).
Inference adalah cara menyatakan mengenai sesuatu yang belum diketahui, berdasarkan sesuatu yang diketahui; atau inference adalah proses berpikir yang bergerak dari observasi, melalui beberapa pengetahuan dan keyakinan sampai ke konklusi.

a. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan Fakta
Ada beberapa tipe penarikan kesimpulan (inference) berdasarkan fakta yaitu: generalisasi (induksi), spesialisasi (deduksi), hubungan kausal-efek, dan generalisasi
Kausal-efek.

1) Generalisasi (Induksi)
Generalisasi (induksi) memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus; metode pemikiran di mana kesimpulan mengenai populasi didasarkan pada sampel; apa yang dianggap benar pada sampel akan dianggap benar pada populasi.

2) Spesialisasi (Deduksi)
Spesialisasi atau deduksi merupakan kebalikan dari generalisasi atau induksi. Deduksi dapat diartikan sebagai berikut: penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penentuan kaidah khusus berdasarkan kaidah umum.

3) Hubungan Kausal-Efek
Hubungan kausal-efek merupakan metode pemikiran atau penarikan kesimpulan dari sebab ke akibat, atau dari akibat ke sebab, atau pemikiran yang bertolak dari apa yang telah diketahui, menuju ke arah yang ingin diketahui. Kadang-kadang juga dari akibat ke arah sebab, dan kemudian ke arah sebab yang lain. Penarikan kesimpulan yang demikian disebut dari akibat ke akibat, dan hal ini sangat umum dalam penarikan kesimpulan melalui serangkaian sebab akibat yang panjang.

4) Generalisasi Kausal-Efek
Generalisasi kausal-efek merupakan kombinasi antara generalisasi dan hubungan kausal-efek. Pada dasarnya, penarikan kesimpulan dengan cara ini peneliti menyusun generalisasi / induksi dari sampel yang berbeda, kemudian menyusun atau membuat inference hubungan kausal dari generalisasi tersebut.

b. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan Premisum
Penarikan kesimpulan yang didasarkan atas premisum juga ada beberapa tipe yaitu: argumen, silogisme, dan analogi. Premis atau premisum adalah: sesuatu yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan; kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan.

1) Argumen
Argumen adalah inference, di mana konklusi ditarik dari premisum. Bentuk argumen yang paling sederhana terdiri atas dua pernyataan. Pernyataan pertama disebut premisum, pernyataan kedua adalah kesimpulan dari pernyataan pertama. Pernyataan pertama adalah sesuatu yang membuat pernyataan kedua dapat dipercaya.

2) Silogisme
Silogisme atau syllogismus adalah bentuk argumen deduktif yang dapat disajikan sebagai penarikan kesimpulan dari premisum mayor, dan premisum minor. Silogisme juga diartikan sebagai bentuk hubungan antara propositio mayor, propositio minor, dan konklusi.
Dalam konklusi, premisum minor menjadi subjek, dan premisum mayor menjadi predikat.

3) Analogi
Analogi merupakan cara penarikan kesimpulan, di mana apabila terdapat dua premisum yang sangat berbeda dalam hal tertentu, tetapi memiliki banyak kesamaan dalam hal yang lain, maka kesimpulan yang ditarik dari salah satu premisum tersebut akan sama, atau dapat diterapkan pada premisum yang lain.
Apabila analogi merupakan satu-satunya cara untuk menarik kesimpulan, maka hendaknya diuji secara cermat; sebab dalam argumen, analogi dapat digunakan sepenuhnya, tetapi juga dapat menyesatkan.
Kesimpulan yang diperoleh dengan cara-cara tertera di atas, hendaknya dinyatakan secara jelas, agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda antara yang dimaksud oleh peneliti / penulis dan tafsiran pembaca. Jangan sampai perumusan kesimpulan menyebabkan inti yang ingin dikemukakan menjadi samar-samar karena tersembunyi di belakang kata-kata yang tidak tegas. Bagi pembaca, kesimpulan yang demikian akan menimbulkan kesan seakan-akan peneliti / penulis tidak berani bertanggungjawab sepenuhnya atas pernyataan yang terkandung di dalam kesimpulan tersebut.
Rekomendasi atau saran adalah advis penulis mengenai apa yang perlu atau harus dikerjakan, yang didasarkan pada data yang disajikan dalam laporan.
Konklusi dan rekomendasi mengungkap kemampuan berpikir penulis atau peneliti, tidak seperti halnya hasil penelitian yang lebih menggambarkan cara kerja peneliti.

14. Dokumentasi (Bibliografi dan Referensi)
Bibliografi dan referensi merupakan suatu dokumen dalam karya ilmiah. Ada penulis yang lebih suka menggunakan istilah bibliografi daripada referensi, atau sebaliknya. Namun, sebenarnya kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Bibliografi adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi penelitian atau laporan yang sedang dikerjakan. Pustaka-pustaka yang terdapat di dalam bibliografi adalah pustaka yang dipelajari pada waktu merencanakan penelitian, dan interpretasi hasil penelitian. Pustaka yang terdapat di dalam bibliografi tidak seluruhnya dikutip dalam teks karya ilmiah atau laporan, tetapi dianggap berguna untuk menambah wawasan pembaca. Demikian juga tidak semua pustaka yang mengandung materi yang sesuai dengan materi karya ilmiah dimasukkan ke dalam bibliografi. Oleh karena itu harus diberi heading yang tepat, misalnya “Bibliografi”, “Sumber yang Digunakan”, dan “Bibliografi Pilihan”.
Referensi adalah daftar alfabetis yang memuat pustaka-pustaka yang mengandung materi yang relevan dengan materi karya ilmiah yang ditulis, dan benar-benar dikutip dalam teks. Heading yang digunakan adalah “Referensi”, “Daftar Acuan”, Daftar Pustaka”, atau “Kepustakaan”.
Ada banyak variasi dalam sistem penulisan daftar pustaka. Namun, di bidang akademik sesungguhnya hanya ada dua model dasar, yang pembagiannya didasarkan pada: humanities system, dan scientific system.
Humanities system digunakan dalam ilmu-ilmu humaniora—hukum, sejarah, bahasa dan sastra, kesenian, theologia, filologi, dan filosofi—sedangkan scientific system digunakan dalam bidang sains—ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu terapan.
Pedoman cara penulisan daftar pustaka secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu: (i) pedoman umum; dan (ii) pedoman yang dikembangkan oleh or-ganisasi profesi akademik.
Pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang digunakan sebagai pedoman umum ialah The Chicago Manual of Style (CMS) edisi ke-13 yang dipublikasikan oleh University of Chicago Press tahun 1982—sekarang dikembangkan menjadi The Chicago Manual of Style The Essential Guide for Writers, Editors, and Publishers 15th edition, tahun 2007—yang kemudian dikenal dengan istilah ”gaya CMS atau chicago” atau ”model chicago”. Gaya CMS atau chicago disebut sebagai pedoman umum, karena dapat digunakan oleh humanities system, maupun scientific system.
Pedoman penulisan dokumentasi (daftar pustaka) yang dikembangkan dan / atau digunakan oleh organisasi profesi akademik dalam scientific system—yang cukup terkenal, berstandar internasional dan digunakan secara luas—antara lain adalah gaya CMS, gaya CBE, gaya CSE, dan gaya APA.
Sementara pedoman penulisan dokumentasi yang digunakan pada humanities system selain CMS, antara lain adalah pedoman yang dipublikasikan oleh Modern Language Association (MLA). Modern Language Association menrbitkan dua pedoman penulisan yaitu: The MLA Handbook for Writers of Research Papers, dan MLA Style Manual and Guide to Scholarly Publishing.
Pengetahuan penulisan dokumentasi (daftar pustaka) berstandar internasional menjadi penting, jika seseorang akan menulis untuk jurnal ber-ISSN, buku ber-ISBN, jurnal internasional, atau karya ilmiah Indonesia lainnya agar penulisannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pedoman penulisan daftar pustaka selengkapnya akan dipublikasikan tersendiri. Penulisan bibliografi pada tulisan naskah ini menggunakan gaya CMS.

15. Lampiran
Penggunaan informasi tambahan dalam bentuk lampiran dimaksudkan untuk menambah kejelasan tubuh karya ilmiah / laporan penelitian. Lampiran menyajikan informasi-informasi yang dianggap terlalu panjang / luas atau terlalu sulit jika dimasukkan ke dalam tubuh laporan. Dengan demikian, informasi-informasi yang penting dan relevan dengan bagian-bagian dalam laporan, tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam teks, dapat dimasukkan ke dalam lampiran.
Materi-materi yang lazim dimasukkan ke dalam lampiran antara lain seba gai berikut.
  • Tabel yang memuat data terlalu panjang / luas dan memerlukan kolom yang banyak;
  • Data mentah;
  • Ilustrasi pendukung;
  • Perhitungan statistik atau matematis;
  • Transkripsi dialog;
  • Perluasan analisis;
  • Surat pemberitahuan, brosur-brosur atau leaflet;
  • Dokumen resmi atau surat keterangan;
  • Daftar bacaan yang sejenis yang dianjurkan;

BIBLIOGRAFI

American Psychological Association. 2001. Publication manual of the American Psychological Association. 5th ed. Washington,DC: Author. http://books.apa. org/books.cfm?id=4200061.

CBE Style Manual Committee. 1983. CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological sciences. 5th ed. rev. and expanded. Bethesda, MD: Council of Biology Editors, Inc.

Chicago Editorial Staff. 2007. The chicago manual of style The essensial guide for writers editors and publishers. 15th ed. Chicago: University of Chicago Press.http://www.chicagomanu- alofstyle.org/

Dewey, R. 2008. APA research style crib sheet. http://72.14.235.104/ search? q=ca che: YM_NmypN(NAJ:www.wooster.edu/psycholo...

Houp, K.W., and T.E. Pearsall. 1988. Reporting technical information. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Hubbuch, S.M. 1985. Writing research papers across the curriculum. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Karl E. Mundt Library 2008. CSE citation style examples. http: //72.14.235.104/ search?q =cache:WqRI4n9K2KOJ:www.depsrtment.dsu.edu/libr…

Library.austincc.edu. 2009. CSE documentation (formly CBE). http://library.aus tincc.edu/help/CBE/CBE-ny.htm.

MCC Libraries. 2008. The council of biology editor (CBE) style of documentation in science and mathematics. http://72.14.235.104/search?q=cache:0tMkwDXpw5UJ:www.monroecc. edu/depts./libr…

Rivai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Style Manual Committee Council of Science Editors. 2006. Scientific style and format The CSE manual for authors, editors, and publishers. 7th ed. Reston, VA: Council of Science Editors. http://www.councilscienceedi- tors.org.cfm.

The Chcago Manual of Style. 2009. Bibliografic format for reference based on the chicago manual of style.15th ed. 2003. http://209.85.175.104/search?q=ca che:qpNmMEDqhz4j:www. libs.uga.edu/ref/chicago

Warren, T.L. 1985. Technical writing: purpose, process, and form. California: Wad-sworth Publishing Company.